Lombok Barat, Jurnalekbis.com – Misteri kematian Brigadir Polisi Esco masih meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Sang ayah, Syamsul Herawadi, mengungkap komunikasi terakhir putranya sebelum ditemukan meninggal dunia di sekitar rumah dinas Polsek, Minggu(17/8/2025) lalu.
Syamsul menceritakan, terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya adalah pada Senin malam, beberapa hari sebelum penemuan jenazah. Saat itu Esco sempat mengirim pesan kepada adiknya, menyampaikan kondisi tubuhnya yang tidak fit.
“Dia bilang ke adiknya, Dik, mohon maaf, saya tidak bisa pulang. Saya kurang sehat. Tapi jangan kasih tahu bapak dan ibu,” tutur Syamsul, Kamis (4/9/2025).
Namun pesan itu akhirnya sampai juga ke telinga ibunya. Sang ibu yang khawatir langsung mengajak Syamsul menjenguk anaknya.
Setibanya di rumah dinas, Syamsul mendapati putranya tampak lesu. Esco mengaku hanya mengalami batuk pilek serta masalah lambung. Sang ayah sempat melarangnya bertugas, tetapi Esco tetap bersikeras masuk piket pada keesokan harinya.
“Dia bilang sudah sehat dan siap piket. Padahal saya minta dia istirahat saja dulu. Tapi dia tetap berangkat,” kata Syamsul.
Sejak hari itu, komunikasi Syamsul dengan Esco terputus. Keluarga mulai cemas ketika pada Selasa malam, istri korban menanyakan keberadaan Esco karena tidak kunjung pulang.
“Saya pikir wajar karena piket. Tapi kemudian adik-adiknya gelisah. Mereka coba cari ke polsek, tapi tidak ketemu,” jelasnya.

Sejak Selasa malam hingga hari-hari berikutnya, keluarga terus mencari keberadaan Esco. Namun semua kontak ke ponselnya tidak mendapat jawaban. Kabar yang simpang siur membuat keluarga semakin khawatir.
Syamsul mengaku tidak memiliki firasat buruk saat itu. Ia tetap berusaha tenang meskipun istrinya terus mendesak agar mencari ke berbagai tempat.
“Dari Selasa, Rabu, Kamis, sampai Sabtu kami bolak-balik cari. Ibu korban sangat gelisah. Tapi saya sendiri tidak merasa ada hal aneh saat itu,” ungkapnya.
Hingga akhirnya pada Minggu pagi, kabar mengejutkan datang. Brigadir Esco ditemukan meninggal dunia di lokasi yang hanya berjarak sekitar 10–12 meter dari rumah dinas.
Syamsul mengaku heran dengan sejumlah hal yang terjadi menjelang penemuan jasad anaknya. Ia menyoroti chat yang dikirimkan istri korban pada Minggu pagi, yang menurutnya tidak sinkron dengan waktu penemuan jasad.
“Istrinya sempat chat ke saya bilang mau ikut cari sekitar jam 11.41 Wita. Padahal jasad anak saya ditemukan sekitar pukul 11.30 Wita. Jadi selisih waktunya tipis sekali. Itu yang bikin saya bingung,” jelasnya.
Menurutnya, jarak penemuan jenazah dengan rumah dinas juga sangat dekat. Hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan keluarga maupun masyarakat sekitar.
Kabar kematian Esco membuat ibunya terpukul hingga beberapa kali pingsan. Sejak awal mendengar anaknya sakit, sang ibu tak berhenti memaksa mencari.
“Begitu tahu anaknya ditemukan, ibunya langsung jatuh pingsan. Sampai sekarang keluarga masih sangat berduka,” ujar Syamsul dengan suara bergetar.
Syamsul berharap kasus kematian anaknya diusut tuntas agar tidak menimbulkan spekulasi liar di masyarakat.
“Kami hanya ingin kebenaran terungkap. Supaya jelas apa yang sebenarnya terjadi pada anak kami,” pungkasnya.
