Ekonomi

BRIDA–BRIN Temukan Teknologi Pemutih Garam Tanpa Kimia

×

BRIDA–BRIN Temukan Teknologi Pemutih Garam Tanpa Kimia

Sebarkan artikel ini
BRIDA–BRIN Temukan Teknologi Pemutih Garam Tanpa Kimia

Mataram, Jurnalekbis.com — Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi NTB menerima kunjungan tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk memaparkan hasil riset terbaru terkait peningkatan kualitas garam di Kabupaten Lombok Timur. Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, didampingi Koordinator Pokja Sosial dan Kependudukan.

Dalam pertemuan itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN, Prof. Ekowati Chasanah, memaparkan hasil penelitian yang dinilai sebagai salah satu terobosan penting dalam mengatasi persoalan klasik garam lokal NTB: kualitas rendah dan harga jual yang tergerus saat panen raya.

Prof. Ekowati menjelaskan bahwa bakteri halophilic terbukti mampu meningkatkan kualitas garam secara signifikan tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. Teknologi ini mengubah garam yang sebelumnya berwarna gelap dan bercampur kotoran menjadi putih bersih, sehingga nilai jualnya meningkat.

Baca Juga :  Belanja Pusat Seret, NTB Justru Catat Surplus Rp3 Triliun

“Selama ini produksi garam tinggi, tetapi kualitasnya rendah—masih kotor dan gelap. Dengan bakteri halophilic, garam menjadi putih bersih tanpa bahan kimia,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa metode ini tergolong organik dan dinilai lebih aman serta lebih ramah lingkungan dibandingkan teknik pemurnian garam yang mengandalkan bahan kimia. Selain kualitas, peningkatan produktivitas juga menjadi salah satu temuan penting dalam riset BRIN.

Melalui uji coba yang dilakukan di sejumlah tambak garam di Lombok Timur, teknologi berbasis bakteri ini mampu meningkatkan produktivitas petambak hingga dua kali lipat. Beberapa kelompok petambak yang terlibat dalam uji coba disebut telah merasakan manfaatnya.

“Secara lapangan, hasilnya luar biasa. Produksi meningkat dan kualitas garam jauh lebih baik,” kata salah satu anggota tim peneliti.

Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, menyampaikan apresiasinya terhadap terobosan yang dilakukan BRIN. Menurutnya, riset ini harus segera masuk tahap diseminasi agar implementasinya tidak berhenti sebagai prototipe, melainkan bisa diterapkan secara luas di berbagai sentra garam di NTB.

Baca Juga :  Frugal Living, Pilihan Hidup Hemat Bukan Pelit

“Target kita bukan hanya menghasilkan prototipe, tetapi memastikan teknologi ini bisa dimasalkan untuk memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegas Aryadi.

Ia meminta BRIN dan BRIDA kabupaten/kota untuk mempercepat penyebaran informasi dan pendampingan kepada para petambak, mengingat Lombok Timur merupakan salah satu daerah produsen garam terbesar di NTB namun selama ini terkendala kualitas produk.

Selain itu, Aryadi menyoroti pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) atas teknologi tersebut. Ia menilai bahwa riset yang memiliki nilai ekonomi tinggi perlu diamankan dari potensi klaim pihak lain. BRIDA NTB berkomitmen mendukung proses komunikasi dengan Kemenkumham untuk mempercepat pendaftaran paten.

Teknologi berbasis bakteri halophilic dinilai berpotensi menjadi solusi jangka panjang bagi sejumlah persoalan tata niaga garam lokal, termasuk fluktuasi harga, persaingan dengan produk garam industri dari luar daerah, hingga rendahnya kualitas garam rakyat.

Baca Juga :  Membangun Karakter Perbankan Syariah: OJK Hadirkan Tiga Pedoman Baru

Dengan semakin banyaknya inovasi riset seperti ini, diharapkan daya saing garam NTB dapat meningkat secara signifikan, sekaligus membantu mendorong kesejahteraan petambak di Lombok Timur dan daerah sentra garam lainnya.

Program penelitian ini juga disebut akan menjadi landasan kolaborasi lanjutan antara BRIDA NTB dan BRIN dalam upaya memperkuat sektor pergaraman nasional melalui pendekatan riset terapan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *