BisnisGaya Hidup

BRIDA NTB Cetak Inovator Muda dari SLB, Batik Inklusi Jadi Sorotan

×

BRIDA NTB Cetak Inovator Muda dari SLB, Batik Inklusi Jadi Sorotan

Sebarkan artikel ini
BRIDA NTB Cetak Inovator Muda dari SLB, Batik Inklusi Jadi Sorotan
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Dalam langkah progresif menuju pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali mengambil peran strategis. Melalui kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Inovasi Tahun 2025, BRIDA NTB menegaskan komitmennya untuk menghadirkan ruang dan peran nyata bagi semua lapisan masyarakat—termasuk anak-anak disabilitas yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) se-NTB.

Dengan menyasar SLB sebagai peserta utama, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga bentuk pengakuan atas potensi besar yang selama ini kerap terpinggirkan dalam arus utama pembangunan inovasi daerah. Kegiatan ini berlangsung sebagai rangkaian dari strategi besar BRIDA NTB dalam menyongsong Innovative Government Award (IGA) 2025, dengan mengusung semangat bahwa setiap warga berhak dan mampu menjadi bagian dari solusi daerah melalui inovasi.

Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., dalam sambutannya menegaskan bahwa keterlibatan siswa-siswi SLB dalam ekosistem inovasi tidak boleh dipandang sebelah mata. Menurutnya, anak-anak disabilitas memiliki kepekaan artistik dan imajinasi luar biasa, yang bila diarahkan dengan baik, dapat melahirkan karya-karya inovatif dan bernilai ekonomis.

“Kami tidak ingin SLB hanya jadi penonton dalam panggung inovasi daerah. Justru dari tangan mereka bisa lahir karya yang orisinal, kontekstual, dan bermakna,” tegas Aryadi.

Lebih jauh, Aryadi menyebut bahwa semangat inklusivitas inilah yang menjadi napas baru dalam pembangunan riset dan inovasi di NTB. Ia berharap, dengan pembinaan yang tepat, SLB bisa menjadi pusat-pusat inovasi mikro yang menciptakan nilai tambah bagi ekonomi lokal, sekaligus memperkuat citra NTB di mata nasional dan internasional.

Baca Juga :  Pemrov NTB Lepas Ekspor Vanili Organik Ke Amerika Serikat

Prestasi siswa SLB NTB di bidang kerajinan batik tidak hanya menginspirasi, tapi juga mengukir sejarah. Kepala Bidang SLB NTB, Dr. Hj. Eva Sofia Sari, S.Pd., M.Pd., menyatakan kebanggaannya atas capaian para siswa yang berhasil membawa hasil karya batik mereka hingga ke panggung internasional. Salah satunya melalui kerja sama dengan Museum Negeri NTB, yang memfasilitasi pameran batik SLB di berbagai ajang prestisius, termasuk di Arab Saudi.

Beberapa karya yang mencuri perhatian publik antara lain:

  • Batik Sekardiyu, hasil karya siswa SLB, kini digunakan sebagai seragam dinas oleh Pemerintah DIY dan pernah dikenakan oleh Miq Gite, mantan Sekda NTB.
  • Batik Tau Daya, buah tangan siswa SLB 1 Lombok Utara, yang mengusung motif masjid kuno. Karya ini bahkan dijadikan cinderamata resmi untuk Ibu Kapolri.
  • Batik Sasampat dari SLB 1 Mataram, mengangkat motif tradisional khas Suku Sasak dengan sentuhan modern.
  • Batik Rinjani dari SLB Swasta Lombok Timur, menyajikan interpretasi visual Gunung Rinjani dalam palet warna dan motif yang menenangkan.

Karya-karya tersebut tak hanya mengangkat nama SLB NTB, tetapi juga memperkuat posisi provinsi sebagai pusat inovasi batik inklusif yang menjunjung nilai budaya dan keberagaman.

Tak berhenti pada pelatihan dan pameran, upaya dokumentasi juga dilakukan secara serius. Kepala Bidang SLB NTB kini tengah merampungkan sebuah buku berjudul “Batik Inklusi: Cerita dari Anak Negeri, Anak Istimewa SLB NTB.”

Baca Juga :  IniPpemicu Terjadinya Open BO, Salah Satunya Masalah Keluarga

Buku ini akan menjadi narasi visual dan emosional tentang perjalanan kreativitas anak-anak berkebutuhan khusus di NTB. Setiap helai batik yang diceritakan dalam buku ini bukan hanya karya seni, tetapi mahakarya yang memancarkan pesan bahwa keterbatasan fisik bukanlah batas bagi semangat berkarya.

“Setiap motif batik adalah cerminan semangat, identitas, dan ketekunan anak-anak istimewa kita. Buku ini adalah bukti bahwa inklusi bukan wacana, tetapi kenyataan,” ujar Eva Sofia Sari.

Buku ini juga dirancang untuk menjadi dokumen pendukung dalam pengajuan proposal vokasi batik SLB ke ajang IGA 2025, yang akan mempertemukan ratusan inovasi daerah dari seluruh Indonesia.

Kegiatan bimbingan teknis ini tidak hanya bersifat teoritis. Para peserta, yang terdiri dari guru dan siswa SLB, dibekali dengan pelatihan penyusunan proposal inovasi. Materi yang disampaikan mencakup: Teknik identifikasi masalah lokal,  Pengembangan ide berbasis potensi siswa, Penyusunan proposal untuk program inovasi daerah dan Penguatan narasi nilai sosial, budaya, dan ekonomi dari inovasi tersebut.

Tujuannya adalah agar setiap SLB mampu menyusun proposal vokasi batik dan inovasi lainnya secara mandiri, yang layak bersaing di ajang nasional, termasuk dalam program Innovative Government Award 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri RI.

Langkah BRIDA NTB ini sekaligus menjadi kritik konstruktif atas minimnya ruang partisipasi bagi penyandang disabilitas dalam agenda pembangunan. Dengan membuka akses pelatihan dan memfasilitasi SLB sebagai mitra inovasi, pemerintah provinsi menunjukkan komitmen terhadap prinsip “No One Left Behind” yang digaungkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Baca Juga :  FR NTB Minta Polda NTB Usut Pungli Bandara dan Parkir Tak Wajar

Melalui pendekatan ini, siswa SLB tidak hanya dilihat sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai aktor perubahan yang aktif, produktif, dan membanggakan.

Batik hasil karya SLB NTB memiliki daya tarik ganda. Selain dari sisi artistik, karya-karya ini juga membawa narasi sosial yang kuat. Hal ini menjadikannya sangat potensial dalam Pasar suvenir pariwisata berbasis cerita, Produk CSR perusahaan dan instansi pemerintah,Cenderamata resmi untuk tamu negara dan Media promosi kampanye inklusi dan pendidikan.

Dengan pengemasan yang tepat dan dukungan promosi yang berkelanjutan, batik dari SLB NTB bisa menjadi produk unggulan provinsi—bukan karena rasa iba, tetapi karena kualitas dan nilai yang diusung.

Inisiatif yang digagas BRIDA NTB bersama Dinas Pendidikan dan mitra lainnya adalah bentuk nyata bahwa inklusivitas bukan sekadar jargon, melainkan arah masa depan pembangunan yang partisipatif dan adil. Batik SLB NTB bukan hanya kain, tapi kisah. Bukan hanya hasil karya, tapi juga harapan.

“Jika kita ingin membangun NTB yang maju dan sejahtera, maka kita harus memastikan bahwa setiap anak, termasuk mereka yang istimewa, punya ruang untuk bermimpi dan berkarya,” tutup Aryadi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *