Mataram, Jurnalekbis.com – Bencana banjir besar yang melanda Kota Mataram pada Minggu (6/7) menjadi ujian berat bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebagai respons cepat atas musibah tersebut, InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) menyalurkan kemanusiaan/">bantuan kemanusiaan kepada warga terdampak banjir, Selasa (8/7), di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang berlokasi di Kantor Gubernur NTB.
Bantuan ini diterima secara simbolis oleh Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, dan menjadi bagian dari aksi tanggap darurat bencana yang dilakukan berbagai pihak, termasuk sektor swasta. ITDC, sebagai bagian dari ekosistem pengembangan pariwisata di NTB, menunjukkan kepedulian sosial yang tinggi dengan mengerahkan bantuan logistik, alat berat, hingga perlengkapan rumah tangga.
Dalam pernyataan resminya, Direktur Operasi ITDC, Troy Warokka, menyampaikan bahwa bantuan tersebut merupakan bentuk solidaritas ITDC terhadap masyarakat NTB, khususnya warga Kota Mataram yang terdampak langsung oleh bencana banjir.
“Kami turut prihatin atas musibah yang terjadi. Sebagai bagian dari masyarakat NTB, ITDC terpanggil untuk hadir dan memberikan kontribusi nyata. Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat serta mempercepat proses pemulihan pascabencana,” ungkap Troy.
Bantuan yang disalurkan mencakup: Logistik pangan pokok seperti mie instan, minyak goreng, beras, sarden, telur, dan susu anak-anak; Perlengkapan kebersihan dan kesehatan, antara lain sabun mandi, detergen, minyak kayu putih, obat diare, tolak angin, dan selimut; Peralatan rumah tangga seperti sapu, alat pel, ember, gayung, serokan sampah, dan floor squeezer; Dukungan alat berat berupa satu unit excavator dan dua unit dump truck untuk membantu normalisasi wilayah terdampak lumpur dan kerusakan infrastruktur ringan.
Langkah konkret ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang ITDC dalam membangun ketangguhan masyarakat sekitar kawasan pariwisata yang mereka kembangkan.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyambut baik kontribusi ITDC dan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menangani dampak bencana.
“Bantuan dari ITDC menunjukkan itikad baik untuk turut hadir di tengah masyarakat NTB yang sedang membutuhkan. Khususnya, dukungan alat berat yang diserahkan ITDC merupakan bentuk konkret dari komunikasi dan diskusi yang sebelumnya telah dilakukan,” ujarnya.
Gubernur juga menegaskan bahwa pemulihan pascabencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, namun membutuhkan sinergi dengan pelaku usaha, organisasi kemasyarakatan, dan seluruh elemen masyarakat.
Dalam konteks ini, langkah ITDC dipandang sebagai contoh nyata bagaimana dunia usaha bisa mengambil peran aktif tidak hanya dalam konteks ekonomi, tetapi juga sosial dan kemanusiaan. Dukungan semacam ini dinilai sangat krusial dalam mempercepat proses pemulihan, terutama untuk daerah-daerah yang infrastruktur dan sistem drainasenya belum sepenuhnya tangguh menghadapi cuaca ekstrem.
Banjir yang melanda Mataram pada awal Juli 2025 disebabkan oleh curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut selama lebih dari 12 jam. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat, sedikitnya 7 kecamatan terdampak, dengan ratusan rumah terendam, akses jalan terganggu, serta sejumlah fasilitas umum lumpuh sementara.
Kondisi ini memaksa ratusan warga mengungsi ke posko-posko darurat. Selain kerusakan fisik, dampak psikologis dan kesehatan masyarakat juga menjadi perhatian serius. Air yang tidak segera surut menyebabkan banyak wilayah mengalami endapan lumpur, memperlambat proses pembersihan dan normalisasi.
Sebagai BUMN yang mengelola kawasan strategis pariwisata seperti The Mandalika, ITDC menegaskan bahwa keberadaan mereka bukan semata-mata untuk kepentingan ekonomi, namun juga untuk mendorong pembangunan sosial berkelanjutan.
“Kami ingin menegaskan bahwa peran perusahaan tidak hanya fokus pada pengembangan kawasan wisata, tetapi juga turut berkontribusi dalam membangun ketangguhan sosial masyarakat,” terang Troy Warokka.
Selain itu, ITDC juga mendorong kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan sebagai upaya preventif menghadapi bencana serupa di masa depan. Deforestasi, alih fungsi lahan, dan pembangunan tanpa perhitungan lingkungan disebut sebagai faktor yang memperparah dampak banjir di wilayah perkotaan seperti Mataram.
“Kami mengajak seluruh pihak, baik komunitas maupun individu, untuk bersama-sama bergotong royong dalam pemulihan pascabencana dan membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kepedulian hari ini akan menentukan ketangguhan kita di masa depan,” tutupnya.