Mataram, Jurnalekbis.com — Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Republik Indonesia, Arief Prasetyo, melakukan kunjungan kerja strategis ke Gudang BULOG Dasan Cermen, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (2/8/2025). Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam memastikan ketahanan pangan nasional, khususnya jelang semester kedua tahun 2025.
Dalam kunjungan tersebut, Arief meninjau langsung stok beras dan jagung yang dikelola oleh Perum BULOG Kantor Wilayah NTB. Ia menegaskan bahwa ketersediaan pangan strategis di wilayah NTB berada dalam kondisi aman, baik dari sisi mutu, kualitas, maupun kuantitas, dan siap untuk didistribusikan secara merata kepada masyarakat.
“Kami mengapresiasi kinerja BULOG NTB atas kesiapan stok dan kualitas beras serta jagung yang telah dijaga dengan baik,” ujar Arief Prasetyo.
Pemimpin Wilayah Perum BULOG NTB, Sri Muniati, menyampaikan bahwa hingga tanggal 1 Agustus 2025, total stok pangan strategis yang tersedia di seluruh gudang BULOG NTB mencapai 159.000 ton setara beras 39.000 ton setara jagung
Sementara itu, realisasi pengadaan atau penyerapan gabah setara beras hingga awal Agustus sudah mencapai 169.000 ton, atau 97% dari target nasional sebesar 174.000 ton untuk tahun 2025.
“Kami terus menjaga kualitas serapan, menyimpan komoditas dengan standar yang ketat, dan siap mendukung distribusi ke seluruh wilayah NTB,” jelas Sri Muniati.
Dalam tinjauan tersebut, Kepala Bapanas juga memastikan bahwa sphp/">beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang sesuai standar. Beras SPHP merupakan instrumen pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di pasar, sekaligus menjamin keterjangkauan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk periode Juli hingga Desember 2025, BULOG NTB menargetkan penyaluran beras SPHP sebanyak 23.606.996 kilogram, dalam bentuk kemasan 5 kilogram, yang akan didistribusikan secara bertahap melalui saluran resmi dan terpantau.

Selain mengecek stok dan kualitas beras, Kepala Bapanas juga mengapresiasi kinerja BULOG NTB dalam penyaluran bantuan pangan kepada masyarakat. Data terbaru menunjukkan bahwa untuk alokasi bulan Juni dan Juli 2025, BULOG NTB telah menyalurkan 10.227.620 kg beras, kepada 511.381 Penerima Bantuan Pangan (PBP), setiap PBP menerima dua kemasan masing-masing 10 kg beras
Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya negara dalam melindungi kelompok rentan di tengah dinamika harga pangan global.
Dalam rapat koordinasi yang digelar bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Wakil Menteri Kabinet Merah Putih, dan unsur Pemerintah Provinsi NTB, Kepala Bapanas juga membahas percepatan operasionalisasi Koperasi Desa Merah Putih. Koperasi ini nantinya akan didorong menjadi distributor resmi untuk pangan strategis nasional.
“Koperasi Desa Merah Putih jika sudah aktif, bisa menjadi ujung tombak distribusi pangan langsung ke masyarakat, terutama untuk komoditas utama seperti beras SPHP, gula, dan minyak goreng,” jelas Arief.
Model koperasi desa berbasis distribusi pangan ini diharapkan mampu memperpendek rantai pasok, menekan fluktuasi harga, dan menciptakan sistem pangan yang lebih adil dan efisien.
Terkait dengan isu beras “oplosan” yang sempat mencuat di beberapa wilayah, Bapanas menegaskan bahwa pengawasan dan penindakan telah dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Arief juga mengingatkan agar semua distributor dan pelaku usaha mematuhi standar mutu dan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Kami tidak akan kompromi terhadap praktik yang merugikan masyarakat. Harga jual harus sesuai standar kualitas, dan ini adalah tanggung jawab bersama,” tegasnya.
NTB dinilai berhasil menjadi salah satu provinsi yang efektif dalam mengelola program ketahanan pangan nasional. Kolaborasi erat antara BULOG, Bapanas, Pemerintah Daerah, dan pelaku koperasi lokal menciptakan sistem yang terintegrasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi.
Keberhasilan ini juga tak lepas dari peran aktif petani lokal, pelaku UMKM, dan masyarakat penerima bantuan yang terlibat langsung dalam siklus distribusi pangan.
“NTB menjadi contoh bagaimana distribusi pangan bisa dikawal dengan baik dari hulu hingga ke meja makan masyarakat,”pungkas Arief.
