jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2022/11/Jaga-Stabilitas-Harga-BI-Gelar-Operasi-Pasar-Murah-3-250x190.jpg" alt="" width="250" height="190" />Mataram – Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, kembali menggelar operasi pasar murah (OPM) untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengendalian Inflasi, Kamis (24/11).
Dalam Operasi Pasar Murah (OPM) meliputi tiga komoditas kebutuhan bahan pokok yang siap dipasarkan antara lain, bawang merah sebanyak 200 kg, tomat sebanyak 100 kg, dan 1500 kg beras dalam kemasan 5 kg. Diketahui bahwa komoditas tersebut tergabung dalam kelompok volatile food (VF) yang tengah mengalami kenaikan harga.
Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Heru Saptaji melalui Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi menjelaskan bahwa inflasi di Provinsi NTB saat ini sebesar 6,57% year on year (yoy) dan lebih rendah dari bulan sebelumnya yang berada di angka 6,84% (yoy).
“Bank Indonesia terus berupaya dalam menstabilkan harga untuk pengendalian inflasi, oleh karena itu KPw BI NTB bekerjasama dengan TPID Provinsi NTB dan TPID Kota Mataram untuk melaksanakan OPM guna menyediakan komoditas bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat seperti beras, tomat, dan bawang merah dengan harga yang terjangkau. Harapannya, harga-harga komoditas tersebut dapat kembali ke harga normal,” ungkapnya
Adapun pelaksanaan OPM dilakukan di empat pasar sekaligus, yang antara lain, Pasar Mandalika, Pasar Pagesangan, Pasar Sindu, dan Pasar Kebon Roek.
“ Pelaksanaan OPM akan terus berlanjut hingga harga-harga komoditas kebutuhan stok pangan dapat kembali normal,” jelasnya
Lebih lanjut Fauzi menegaskan, bahwa penyelenggaraan OPM yang di gelar oleh BI NTB ini mendapatkan respon positif dari masyarakat, terlihat tingginya antusias masyarakat, membuat komoditas yang tersedia dalam OPM habis terjual.
“Secara keseluruhan, penyelenggaraan OPM ini menjadi bukti bahwa Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah hadir dalam menjaga keterjangkauan harga dan daya beli masyarakat guna terus mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah melalui pengendalian inflasi,” tegasnya
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Provinsi NTB, Drs. H. Wirajaya Kusuma, MH., menyatakan bahwa ketersediaan stok pangan saat ini masih mencukupi. Kemudian kenaikan harga tomat terjadi karena faktor cuaca (musim penghujan) di Provinsi NTB saat ini.
“Bahwa komponen penyumbang inflasi juga berasal dari Administered Prices inflation, yang merupakan kebijakan dari Pemerintah Pusat,” ucapnya
Sebagaimana diketahui pada saat cuaca normal, harga komoditas tomat berada di kisaran Rp 3.000/kg – Rp 5.000/kg. Sebaliknya, saat musim penghujan, hasil panen tomat berkurang dan mengakibatkan kenaikan harga pada komoditas tomat menjadi Rp 15.000/kg – Rp 17.000/Kg. Adapun dijelaskan.
“Dengan operasi pasar murah ini, diharapkan mampu menjaga stabilitas harga di pasar dan kita mampu menekan inflasi,” tutupnya