jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/09/qwww-250x190.png" alt="" width="222" height="169" />JE-Mataram- Harga beras di NTB selama sebulan terakhir cukup tinggi. Beras premium di jual dengan harga Rp14.000 per kg dari harga sebelumnya Rp11.000. Sementara harga beras medium antara Rp10.900 hingga Rp13.000 Per Kg.
Anggota Komisi II DPRD NTB Made Slamet mengatakan, potensi kenaikan harga bahan pangan sebelumnya sudah di peringati oleh pemerintah. Sebab stok pangan dunia secara umum bisa terganggu akibat perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi global.
“Termasuk kita juga kena dampaknya. Kemarau sekarang panjang. Kalau tak salah, di NTB kemarau sampai bulan November. Ini bukan hanya indonesia/">di Indonesia saja, namun ini kondisi dunia,” kata Made Slamet kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.
Di Provinsi NTB kata Made Slamet, sumber-sumber pangan sebenarnya masih banyak. Pihaknya di Komisi II sudah menggelar rapat dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan serta dengan Dinas Ketahanan Pangan NTB agar mereka tetap menjaga stok pangan.
Meski stok pangan di NTB sudah cukup, namun karena beras adalah komoditas bebas yang boleh di jual kemana-mana, maka perlu pengaturan yang baik. Artinya bahwa stok beras hasil pertanian NTB silahkan di jual ke luar daerah, namun jangan sampai di dalam daerah mengalami kekurangan.
“Kita juga tidak tega kalau saudara-saudara kita di daerah lain sampai kekurangan pangan. Sehingga kita harus berbagi. Apalagi NTB berstatus lumbung pangan nasional,” kata politisi PDIP ini.
Dimasa El Nino ini, program diversifikasi pangan juga harus terus dilanjutkan oleh Pemprov NTB. Artinya pangan pangan utama tak hanya beras, namun berupa komoditas lain seperti jagung, pisang, kentang, sagu, umbi-umbian dan sejenisnya.
Program diversifikasi pangan katanya dapat membantu masyarakat agar tidak ketergantungan hanya kepada satu bahan pokok saja. Sehingga secara tidak langsung, diversifikasi pangan dapat menekan angka impor akan bahan pokok.
“Ini juga untuk mengurangi konsumsi beras,” ujarnya.
Kenaikan harga beras ini kata Made Slamet berpotensi menjadi penyumbang inflasi yang tinggi. Sebab semua orang mencari komoditas pokok ini. Di sinilah tugas dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan laju inflasi di bulan ini, terutama yang diakibatkan oleh volatile food, salah satunya komoditas beras ini.
“Kita tak mau seperti itu sebenarnya. Sebab NTB sebagai lumbung pangan nasional, terus kalau kita inflasi gara-gara beras kana nah itu. Karena itu kita minta direkatkan sumber pangan lain pengganti beras. Apalagi pangan non beras semakin digemari untuk mencegah penyakit,” ujarnya.