JE-Lombok Timur- jurnalekbis.com/tag/bank/">Bank Indonesia terus mendorong peningkatan produksi vanili untuk mendorong ekspor non tambang Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari komoditas Perkebunan ini, diharapkan masuknya valuta asing (valas) akan makin lebih deras.
Vanili adalah salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peluang pasar cukup menjanjikan di pasar global. Di Amerika Serikat saja, permintaan buyernya unlimited untuk vanili organik. Melihat pelung besar ini, sejak tahun 2011 lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para petani vanili.
Vanili sudah dikembangkan sejak lama di kawasan pegunungan Rinjani, Lombok. Demikian juga dikawasan pegunungan Tambora, Dompu Pulau Sumbawa.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A. Harahap, bersama Deputy Bidang Ekonomi Moneter, Winda Putri Listya, melakukan pertemuan dengan petani-petani vanili di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Para petani dari kelompok petani vanili Gerok Sokong (Saling Bahu Membahu) mengaku semakin bersemangat mengembangkan budidaya vanili karena menjanjikannya harga jual di pasar global.
Vanili di wilayah ini sudah berpuluh-puluh tahun membudidayakan vanili. Namun belakangan, system penanaman vanili dilakukan dengan teknologi di dalam green house. Karena permintaan pasar luar negeri unlimited adalah vanili organic.
Jika dulunya vanili dibudidayakan tumpang sari oleh petani-petani tradisional, kini pola budidaya vanili Lombok dilakukan dilakukan lebih modern untuk menghasilkan kualitas produksi yang diinginkan. Tidak hanya itu, budidaya vanili di Sajang kini banyak digeluti oleh petani-petani millenial.
Petani vanili di Sajang ini sudah lama dibina oleh UD. Rempah Organik Lombok, satu-satunya eksportir vanili di Provinsi NTB yang sudah menjalin kontrak kerjasama jangka panjang dengan buyer dari Amerika Serikat.
Di luar negeri, vanili dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat berbagai produk turunan. Diantaranya, untuk campuran makanan, hingga pewangi.
Menurut H. Mohir, pemilik UD. Rempah Organik Lombok, permintaan vanili di pasar global sangat tinggi. Bahkan produksi saat ini tidak sebanding dengan permintaan, khusus dari buyer di Amerika Serikat saja. Belum termasuk permintaan dari berbagai negara lainnya.
Saat ini UD. Rempah Organik Lombok menaunngi tiga kelompok petani vanili di Sajang, salah satunya kelompok Gerok Sokong. Mengembangkan vanili di lahan seluas 186,18 hektar. Dalam setahun, produksi vanili organic disini antara 5 ton, sampai 6 ton dalam sekali panen.
Bicara budidaya vanili organic menurutnya bukan bicara soal luas lahan, tetapi jumlah batang. Apalagi dengan membudidayakan vanili di green house. Tidak perlu membutuhkan lahan luas. Nilai ekonomis vanili saat ini Rp350.000 sekilo untuk vanili basah. Dan Rp8 juta / Kg untuk vanili kering.
Panen bisa dilakukan sampai sekitar 9 bulan. Dalam satu batang vanili, menurutnya bisa menghasilkan 1 Kg vanili basah atau sekitar Rp350.000 jika dihitung dengan nilai tukar dolar AS saat ini. Artinya, jika satu petani memiliki 1.000 batang vanili, maka potensi penghasilannya bisa mencapai Rp350 juta sekali musim.
“Vanili ini bisa dibilang biaya produksinya sangat rendah. Tidak sampai Rp30 juta. Ibaratnya, vanili ini kalau dilepas saja dia akan tumbuh sendiri, apalagi diurus telaten. Jauh pendapatannya ketimbang menanam cabai, bawang, dan lainnya,” ujarnya.
Rempah Organik Lombok sendiri dalam setahun bisa mendatangkan Rp8 miliar rata rata dari hasil penjualan vanili organic petani. Hasil penjualan ini juga digunakan untuk terus menyokong kebutuhan petani mengembangan vanili organik.
Secara ekonomi, ekonomi petani sangat terbantu. Hasil menjual vanili tidak saja untuk kebutuhan biaya pendidikan yang lebih baik, lebih dari itu, dari hasil budidaya vanili, infrastruktur di Desa Sajang juga bisa diperbaiki.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A. Harahap mengemukakan pentingnya mendorong peningkatan produksi vanili organik, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Bank Indonesia melihat sumber pertumbuhan ekonomi tidak hanya berasal dari domestic, tetapi juga dari ekspor.
Indonesia sebagai negara berkembang , kata Berry, membutuhkan valas sehingga ekspor harus terus didorong. Sehingga valas yang masuk ke Indonesia akan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
“Jadi agenda kita mendorong ekspor, menjaga stabilitas inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini yang kami lihat (dari budidaya vanili) akan mendorong ekspor,” tambahnya.
Bank Indonesia Provinsi NTB dalam beberapa tahun terakhir sudah mengintervensi peningkatan produksi vanili dengan membangun kerjasama dengan kelompok-kelompok petani vanili yang menjadi mitra binaan UD. Rempah Organik Lombok agar bisa menembus pasar ekspor dengan nilai tambah yang tinggi.
Saat ini hasil produksi vanili masih dilakukan gelondongan. Kedepan, Bank Indonesia merencanakan akan mendampingi hingga dilakukan hilirisasi di dalam daerah. artinya, dilakukan pengolahan setidaknya yang dikirim ke luar negeri adalah vanili dalam bentuk bubuk. Agar nilai tambahnya lebih besar bagi daerah.