Lombok Barat, Jurnalekbis.com- Dalam peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-79, Desa 2024/05/05/lansia-ditemukan-tak-bernyawa-di-sungai-babak-gerung-penyebab-kematian-masih-misteri/" target="_blank" rel="noopener">Taman Ayu mencatat sejarah baru dengan menyertakan kelompok disabilitas dalam acara upacara bendera. Acara ini merupakan kali pertama bagi komunitas disabilitas di desa tersebut untuk turut ambil bagian dalam peringatan 17 Agustus. Sabtu (17/8).
Inisiatif ini dipandang sebagai langkah penting menuju inklusi yang lebih luas di masyarakat, di mana semua warga negara, tanpa memandang keterbatasan fisik, memiliki hak yang sama untuk merayakan kemerdekaan.
Muhidin, Ketua Forum Disabilitas Desa Taman Ayu, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan kepada komunitas disabilitas untuk ikut merayakan HUT RI. “Perasaan kami sangat bahagia dan senang, karena baru pertama kali dan baru tahun ini juga, kaum disabilitas bisa mengadakan peringatan 17 Agustus,” ungkapnya dengan penuh haru.
Latihan untuk persiapan upacara bendera telah dilakukan selama lima hari berturut-turut, setiap sore, dengan bantuan dari mahasiswa yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kader desa setempat. Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi teman-teman disabilitas yang menjadi pengerek bendera.
“Harapan awalnya, pengerek bendera harusnya tiga orang pakai kursi roda, tapi karena kondisi teman-teman, akhirnya kami harus menyesuaikan,” jelas Muhidin. Tantangan ini tidak mengurangi semangat mereka untuk terus berlatih dan memberikan yang terbaik pada hari upacara.
Muhidin dan anggota Forum Disabilitas Desa Taman Ayu berharap bahwa peringatan HUT RI tahun ini hanya merupakan awal dari upaya yang lebih besar untuk memperjuangkan hak-hak disabilitas di desa mereka.
“Harapan saya, semoga kita selalu sehat dan semoga kita bertemu dengan HUT RI tahun berikutnya dan bisa melaksanakan kegiatan ini lagi,” ungkap Muhidin dengan penuh harap.
Semenatara itu, M. Tajudin, Kepala Desa Taman Ayu, mengungkapkan bahwa pelibatan komunitas disabilitas dalam upacara bendera ini merupakan bagian dari upaya untuk memberikan ruang kepada mereka agar merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya.
“Merdeka dalam arti yang sebenarnya, selama ini kami lihat disabilitas belum pernah dilibatkan dalam peringatan seperti ini, kami tahun ini upayakan agar disabilitas juga memiliki ruang yang sama, serta berhak untuk bahagia dan memperingati kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Perjalanan untuk mencapai inklusi ini tidaklah mudah. Tajudin menyebutkan bahwa upaya untuk membuat komunitas disabilitas percaya diri dan merasa setara dengan warga lainnya telah dimulai sejak tahun 2011. Melalui pendekatan kader asuh dan metode persuasif, Tajudin dan timnya mendatangi anggota komunitas disabilitas satu per satu, mencoba menyentuh emosi mereka dan membangun semangat bahwa mereka setara dengan yang lain.
“Ini cukup lama sekali, kita buatkan per jeda-jeda kegiatan, seperti kami ajak healing, teman-teman disabilitas kita bawa ke tempat wisata, ternyata mereka sangat senang dan mereka mau bergaul,” tambah Tajudin.
Penyelenggaraan upacara bendera ini bukan hanya sekedar simbol perayaan, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun semangat kebersamaan di antara warga desa, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Acara ini menjadi momen penting untuk menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran dalam masyarakat, serta hak yang sama untuk turut serta dalam perayaan-perayaan nasional.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain di Indonesia untuk lebih memperhatikan dan melibatkan komunitas disabilitas dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya. Dengan demikian, inklusi tidak lagi menjadi sekedar wacana, tetapi dapat terwujud dalam tindakan nyata yang memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah desa, kader asuh, serta masyarakat luas, diharapkan komunitas disabilitas di Desa Taman Ayu semakin merasa diterima dan dihargai. Langkah-langkah kecil seperti ini diharapkan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, di mana setiap orang, tanpa terkecuali, memiliki hak untuk merayakan kemerdekaan dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.