Mataram, Jurnalekbis.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si, akrab disapa Miq Gite, menekankan pentingnya kebijakan yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, terutama di sektor pertanian, perikanan, dan kerajinan. Hal ini disampaikan dalam acara rilis resmi statistik di Aula Tambora, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, pada 1 November 2024. Pada kesempatan tersebut, Miq Gite menyoroti pentingnya pengelolaan ekonomi secara terpadu untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi lokal yang dihadapi masyarakat.
Miq Gite menyampaikan bahwa salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan fasilitas cold storage untuk mengoptimalkan pengelolaan produk hasil pertanian dan perikanan. Cold storage, atau tempat penyimpanan berpendingin, menjadi solusi penting dalam menjaga kualitas dan ketersediaan bahan pangan. Menurutnya, fasilitas ini tidak hanya mengatasi masalah kelangkaan bahan pangan, tetapi juga memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi para pelaku usaha di sektor pertanian dan perikanan.
“Upaya ini menjadi rekomendasi dan arah kebijakan bagi kita untuk mengantisipasi kelangkaan bahan makanan dan sebagainya,” ungkap Miq Gite.
Fasilitas cold storage ini juga memungkinkan produk seperti hasil perikanan dan pertanian untuk disimpan dalam jangka waktu lebih lama, sehingga bisa menekan angka kerugian akibat produk yang mudah rusak. Dengan demikian, sektor pertanian dan perikanan di NTB dapat berkembang lebih optimal dan mampu memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat.
Miq Gite juga menyoroti kebutuhan akan industri lokal yang mampu mengolah dan memberdayakan ekonomi dari hulu ke hilir. Ia menekankan bahwa keberadaan pengolahan/">industri pengolahan, seperti pembuatan sambal tomat dalam kemasan, dapat menjadi nilai tambah bagi hasil produksi lokal. Dengan demikian, produk yang dihasilkan di NTB memiliki daya saing yang lebih baik dan bisa dipasarkan lebih luas.
Langkah ini juga diharapkan mampu menggerakkan ekonomi lokal dengan lebih optimal. Produk yang awalnya hanya bernilai rendah di pasar dapat ditingkatkan nilainya melalui proses pengolahan, sehingga memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi masyarakat, khususnya petani dan nelayan di NTB.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPS Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, mengungkapkan bahwa inflasi di Provinsi NTB pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,44 persen year on year (y-on-y), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,96. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, antara lain kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang meningkat sebesar 6,85 persen, serta kelompok pendidikan yang naik sebesar 3,82 persen.
Kelompok lain yang turut mengalami kenaikan adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,09 persen. Sementara itu, kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga berkontribusi terhadap tingkat inflasi yang ada di NTB. Faktor makanan dan minuman, khususnya, masih menjadi komponen yang signifikan dalam memengaruhi tingkat inflasi di daerah ini.
“Inflasi bulan ke bulan, terjadi karena dipengaruhi khususnya makanan, minuman dan tembakau,” jelas Wahyudin.
Menurut data yang disampaikan oleh BPS, terdapat beberapa kelompok pengeluaran lain yang mengalami kenaikan inflasi, yaitu kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,94 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,39 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,36 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 1,07 persen.
Selain itu, beberapa kelompok lainnya juga mengalami kenaikan meski relatif lebih kecil, seperti kelompok transportasi sebesar 0,62 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan, serta pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,42 persen. Di sisi lain, terdapat kelompok pengeluaran yang justru mengalami penurunan indeks, yakni kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,95 persen.
Selain inflasi year on year, Wahyudin juga memaparkan bahwa inflasi month to month (m-to-m) di Provinsi NTB pada Oktober 2024 mencapai 0,09 persen, sementara tingkat inflasi year to date (y-to-d) pada bulan yang sama sebesar 0,26 persen. Angka-angka ini menunjukkan stabilitas harga yang cukup baik meski terdapat fluktuasi di beberapa kelompok pengeluaran.
Pemerintah Provinsi NTB bersama BPS terus memantau perkembangan inflasi ini sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas ekonomi masyarakat. Program kebijakan yang berfokus pada penguatan sektor pertanian dan perikanan diharapkan mampu membantu menekan laju inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat di daerah.