BusinessEkonomi

Harga Cabai di Lombok Tengah Melonjak Drastis: Tembus Rp 200 Ribu per Kilogram

×

Harga Cabai di Lombok Tengah Melonjak Drastis: Tembus Rp 200 Ribu per Kilogram

Sebarkan artikel ini
Harga Cabai di Lombok Tengah Melonjak Drastis: Tembus Rp 200 Ribu per Kilogram

Lombok Tengah, Jurnalekbis.com – Memasuki hari ketiga bulan Ramadhan, harga cabai rawit di Pasar Renteng, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, mengalami lonjakan signifikan. Harga cabai basah yang sebelumnya berkisar antara Rp 120.000 hingga Rp 150.000 per kilogram kini meroket hingga Rp 200.000 per kilogram. Kenaikan harga ini turut mempengaruhi harga cabai kering yang kini juga dijual di kisaran harga yang sama.

Baiq Laela, seorang pedagang cabai di Pasar Renteng, mengungkapkan bahwa lonjakan harga cabai disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari petani.

“Sekarang harganya Rp 200.000 per kilogram, kemarin masih Rp 120.000. Ini karena pasokan dari petani berkurang, mereka sedang menanam padi. Selain itu, pasokan dari luar daerah juga sedikit,” ujar Baiq Laela.

Baca Juga :  PLN NTB Catat Pertumbuhan Penjualan Listrik 11% di Tahun 2024

Menurutnya, kondisi ini berdampak langsung pada pola pembelian masyarakat. Jika sebelumnya pelanggan membeli satu kilogram cabai, kini mereka mengurangi jumlah pembelian menjadi setengah kilogram atau bahkan seperempat kilogram.

“Minggu lalu masih Rp 150.000 – Rp 160.000 per kilogram, itu pun tergantung kualitas cabai. Sekarang karena cabai basah naik, otomatis cabai kering juga ikut naik. Banyak pembeli yang mengeluhkan kenaikan harga ini, tapi mereka tetap membeli karena cabai merupakan kebutuhan pokok,” tambahnya.

Kenaikan harga cabai yang begitu drastis juga berdampak besar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama mereka yang bergantung pada bahan baku cabai. Mardawati, seorang pengusaha sambal rumahan di Lombok Tengah, mengaku terpaksa menghentikan sementara produksinya akibat lonjakan harga tersebut.

Baca Juga :  Pasar Modal April 2024: Tekanan Global Redup, Penghimpunan Dana Tetap Kuat!

“Biasanya saya pakai cabai 15 kilogram per hari untuk produksi sambal, ditambah satu kuintal bawang. Tapi kalau harga cabai sudah setinggi ini, saya harus berhenti dulu karena biaya produksinya terlalu tinggi,” ungkapnya.

Menurut Mardawati, meskipun harga bawang bisa disiasati, harga cabai yang melonjak tajam membuatnya kesulitan mempertahankan harga jual sambal.

“Kalau kita naikkan harga sambal terlalu tinggi, kasihan pembeli. Tapi kalau tetap produksi dengan harga cabai segini, justru kita yang rugi. Biasanya 1 kilogram cabai bisa menghasilkan empat bungkus sambal, tapi sekarang kalau dilanjutkan, tidak ada keuntungan,” tambahnya.

Para pedagang memprediksi harga cabai masih berpotensi naik dalam beberapa hari ke depan jika pasokan belum normal. Ketiadaan panen cabai dari petani lokal serta minimnya pasokan dari luar daerah membuat harga semakin sulit dikendalikan.

Baca Juga :  Pj Gubernur NTB Resmikan Taman Edukasi Landfill Hill di Kebun Kongok

Kondisi ini memicu keresahan baik bagi pedagang maupun konsumen. Pemerintah daerah dan dinas terkait diharapkan segera mengambil langkah guna menstabilkan harga, seperti mendatangkan pasokan cabai dari daerah lain atau memberikan subsidi bagi pelaku usaha kecil yang terdampak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *