Business

Trump Tunda Tarif Impor, Harga iPhone 16 di Indonesia Aman

×

Trump Tunda Tarif Impor, Harga iPhone 16 di Indonesia Aman

Sebarkan artikel ini
Trump Tunda Tarif Impor, Harga iPhone 16 di Indonesia Aman

Mataram, Jurnalekbis.com– Di tengah gejolak ekonomi global dan ketidakpastian kebijakan tarif impor internasional, para pelaku usaha teknologi indonesia/">di Indonesia tetap berupaya menjaga stabilitas harga dan pasokan. Salah satu tokoh sentral dalam distribusi iPhone di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Riky Hartono, membeberkan kondisi terkini penjualan dan harga iPhone 16 Series di pasaran lokal.

Sebagai salah satu penguasa pasar iPhone di wilayah NTB, Riky tak hanya menjadi barometer pergerakan harga, tapi juga menjadi saksi langsung dampak kebijakan global terhadap perilaku konsumen di Indonesia.

iPhone 16 Series secara resmi diluncurkan secara global pada 11 Oktober 2024 di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Namun di Indonesia, peluncuran resmi dan distribusi produk baru tersebut baru mulai terasa pada 11 April 2025, tepat enam bulan berselang.

“Kita mulai launching iPhone 16 di Indonesia tanggal 11 April. Tapi waktu itu, kita belum tahu harga resminya berapa karena masih masuk masa pre-order,” jelas Riky saat ditemui di tokonya, Riky Group, yang dikenal luas di kalangan pengguna Apple di NTB. Senin (14/4).

Menurut Riky, harga awal yang beredar di pasaran berkisar Rp26 juta, merujuk pada estimasi dari toko-toko resmi Apple Authorized di e-commerce seperti Shopee maupun Instagram.

Baca Juga :  Trump Ancam Tarif Impor Baru, Indonesia Terkena Dampak

Namun muncul kekhawatiran saat pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif impor, termasuk produk-produk teknologi dari Tiongkok dan negara lain. Kebijakan tersebut tentu saja berisiko menimbulkan efek domino terhadap harga produk teknologi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Beruntung, dua hari setelah kebijakan tersebut diumumkan, Trump memutuskan untuk menunda implementasi tarif selama 90 hari. Menurut Riky, keputusan tersebut turut menyelamatkan stabilitas harga iPhone di Indonesia.

“Mungkin karena ada gesekan dari berbagai negara, akhirnya kebijakan tarif impor itu ditunda 90 hari. Dan dari situ, harga iPhone di Indonesia juga tetap stabil. Tidak ada kenaikan,” kata Riky.

Ia menambahkan bahwa jika kebijakan tarif benar-benar diberlakukan, maka harga iPhone 16 bisa saja melonjak dan justru melemahkan minat beli konsumen, terlebih mengingat siklus perilisan Apple yang konsisten setiap tahun.

“Kalau harga iPhone 16 dinaikkan sekarang, orang bisa memilih untuk menunggu iPhone 17 Series yang kemungkinan akan dirilis Oktober atau Desember tahun ini. Bisa-bisa penjualan jadi anjlok,” ujarnya.

Riky juga menyoroti dinamika penjualan yang tidak sesuai ekspektasi. Biasanya, penjualan gadget melonjak di bulan Ramadan dan menjelang Lebaran, yakni Maret. Namun tahun ini, lonjakan justru terjadi setelah Lebaran, di bulan April.

Baca Juga :  NTB Matangkan Ite Begawe Fest untuk Promosi Budaya

“Biasanya Maret itu high season karena ada Lebaran. Tapi mungkin karena orang fokus ibadah selama puasa, penjualan malah lebih ramai setelah Lebaran. Bulan April ini justru jadi puncak,” ungkapnya.

Meski demikian, respons pasar terhadap iPhone 16 Series cukup menggembirakan. Riky menyebutkan bahwa permintaan pre-order cukup tinggi, bahkan stok ready stock yang terbatas pun langsung diborong konsumen di wilayah Lombok dan sekitarnya.

Walaupun harga iPhone relatif stabil, Riky mengungkapkan bahwa aksesori iPhone seperti case, charger, dan AirPods mengalami kenaikan harga sekitar 5 persen. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan nilai tukar dolar AS serta harga emas global.

“Kenaikannya tidak terlalu signifikan. Sekitar 5 persen untuk aksesori, karena dampak dari nilai tukar dan harga emas. Tapi untuk iPhone sendiri, belum ada kenaikan sampai sekarang,” ujar Riky.

Ia menekankan bahwa konsumen masih bisa berbelanja dengan nyaman, meski tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan harga jika kebijakan tarif impor benar-benar diberlakukan setelah masa penundaan berakhir.

Sebagai pelaku usaha, Riky berharap pemerintah global—terutama Amerika Serikat—bisa mengambil kebijakan yang lebih berpihak pada kestabilan ekonomi internasional.

“Harapannya, Donald Trump dan negara-negara besar lainnya bisa lebih bijak mengambil keputusan. Sekarang ini ekonomi dunia sedang sulit. Bahkan di Indonesia juga kita rasakan, uang cash mulai susah,” katanya.

Baca Juga :  KPPU Soroti Aturan BUMN yang Berpotensi Hambat Persaingan Usaha

Menurutnya, kebijakan tarif harus dievaluasi secara mendalam agar tidak membebani rakyat, dan tetap mendorong perputaran ekonomi.

“Kalau bisa jangan cuma ditunda, tapi juga dievaluasi. Boleh dinaikkan tarifnya, tapi jangan terlalu tinggi. Negara tetap dapat pemasukan, dan rakyat tetap bisa belanja, ekonomi tetap jalan,” ujarnya menambahkan.

Riky mengamati bahwa meski kondisi ekonomi sedang berat, konsumen iPhone masih memiliki loyalitas yang tinggi terhadap produk Apple.

“Yang beli iPhone itu biasanya memang sudah pengguna Apple sebelumnya. Mereka tahu kualitasnya, jadi meskipun kondisi ekonomi agak berat, tetap beli juga. Apalagi kalau sudah menunggu seri baru kayak iPhone 16,” kata Riky.

Ia juga menyebut bahwa banyak konsumen yang membeli bukan hanya karena kebutuhan, tetapi juga karena prestise dan nilai lifestyle yang melekat pada merek Apple.

Dengan semua ketidakpastian yang ada, Riky tetap optimis bahwa pasar smartphone, khususnya Apple, masih akan tumbuh di Indonesia. Ia menyebut bahwa selama strategi harga dan distribusi tetap realistis, maka konsumen akan tetap datang.

“Selama kita bisa kasih harga kompetitif, pelayanan bagus, dan barang ready, pelanggan tetap datang. Terutama di daerah seperti Lombok ini, peminat Apple cukup tinggi kok,” tutup Riky.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *