Ekonomi

Mentan Optimis Sumbawa Jadi Sentra Hilirisasi Pangan

×

Mentan Optimis Sumbawa Jadi Sentra Hilirisasi Pangan

Sebarkan artikel ini
Mentan Optimis Sumbawa Jadi Sentra Hilirisasi Pangan

jurnalekbis.com/tag/1/">1-5:537">Sumbawa, Jurnalekbis.com – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Andi Amran Sulaiman, menyatakan optimisme tinggi bahwa Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), berpotensi menjadi sentra hilirisasi pangan di bawah kepemimpinan Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, dan Wakil Gubernur NTB, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE., M.I.P. Optimisme ini diungkapkan saat Amran melakukan panen raya jagung di Samota, Kabupaten Sumbawa, pada Senin (21/4), yang menjadi sorotan utama dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk pertanian di wilayah tersebut.

Dalam kunjungannya, Amran Sulaiman menekankan pentingnya Sumbawa untuk tidak hanya memproduksi jagung, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti sosis daging sapi dan ayam. Langkah ini sejalan dengan visi Presiden Republik Indonesia untuk mencapai swasembada pangan dan kemampuan mengolah hasil pertanian secara mandiri. “Jika lompatan ini bisa kita lakukan, maka kita bisa bayangkan lompatan harga hasil produksi bisa 10 kali lipat jika sudah dalam bentuk jadi,” tegas Amran.

Menteri Pertanian yakin bahwa dengan kepemimpinan Gubernur Iqbal, target besar ini dapat terwujud melalui kerja keras dan kolaborasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di NTB. “Saya optimis NTB dapat melakukan lompatan luar biasa di bawah kepemimpinan gubernur yang baru, gubernur dan bupati juga harus menyatu pasti bisa,” ujarnya.

Namun, di tengah optimisme tersebut, petani Sumbawa mengeluhkan harga jagung dan gabah yang tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Data luas tanam dan produksi jagung per Maret 2025 menunjukkan target tanam seluas 105.169 hektar, dengan realisasi tanam 79.105 hektar dan produksi 574.302 ton. Meskipun produksi cukup signifikan, harga jagung di tingkat petani saat ini hanya Rp 3.700 per kilogram, jauh di bawah harga pemerintah sebesar Rp 5.500 per kilogram. Senada dengan itu, harga gabah di lapangan Rp 5.900 per kilogram, lebih rendah dari harga patokan Rp 6.500 per kilogram.

Baca Juga :  Baru 29,26 Persen Tenaga Kerja di NTB Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

Menanggapi keluhan ini, Mentan langsung meminta Bulog NTB dan Bulog Sumbawa untuk segera menyerap hasil panen petani sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Selain itu, ia juga menginstruksikan Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk menyiapkan gudang penyimpanan hasil panen, mengingat penuhnya gudang Bulog menjadi salah satu penyebab jatuhnya harga di tingkat petani.

“Saya minta Bupati, siapkan gudang, nanti negara yang bayar sewanya. Bulog, Babinsa, PPL juga saya minta awasi harga pembelian di tingkat petani. Mulai hari ini tidak ada lagi pembelian hasil panen petani yang tidak sesuai standar harga yang telah ditetapkan pemerintah,” tegas Mentan, yang disambut antusias oleh para petani.

Untuk meningkatkan produksi pertanian secara signifikan, Mentan juga mengumumkan program pompanisasi. Program ini dinilai lebih ekonomis namun mampu melipatgandakan hasil panen karena memungkinkan petani melakukan tiga kali tanam dalam setahun. “Target 2.000 pompa selesai 2 tahun dengan estimasi biaya 80 Miliar,” jelasnya. Program ini diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di NTB, termasuk di Sumbawa.

Kabupaten Sumbawa memiliki potensi besar untuk menjadi pusat hilirisasi pangan di NTB. Dengan sumber daya alam yang melimpah, terutama jagung dan potensi peternakan, Sumbawa dapat mengembangkan industri pengolahan pangan yang memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan. Hilirisasi ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan petani tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi 1 daerah secara keseluruhan.  

Baca Juga :  Inflasi Bulanan Gabungan di NTB Lebih Rendah Dibandingkan Inflasi Nasional

Langkah hilirisasi jagung menjadi produk seperti sosis merupakan contoh konkret bagaimana bahan baku lokal dapat diolah menjadi produk dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi. Jika Sumbawa berhasil mengembangkan industri ini, dampaknya akan terasa pada peningkatan pendapatan petani secara drastis. Bayangkan, jika jagung yang dijual dengan harga Rp 3.700 per kilogram dapat diolah menjadi sosis dengan harga jual yang berkali-kali lipat. Ini adalah potensi besar yang ingin diwujudkan oleh Menteri Amran Sulaiman dan diharapkan dapat diimplementasikan dengan baik oleh kepemimpinan Gubernur Iqbal dan Wakil Gubernur Indah.

Kepemimpinan Gubernur Lalu Muhamad Iqbal dan Wakil Gubernur Indah Dhamayanti Putri memegang kunci keberhasilan transformasi sektor pertanian di NTB, khususnya di Sumbawa. Sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten menjadi krusial dalam mewujudkan visi hilirisasi pangan ini. Selain itu, penanganan masalah mendesak seperti stabilisasi harga di tingkat petani dan penyediaan infrastruktur penyimpanan yang memadai juga menjadi prioritas utama.

Keberpihakan pemerintah terhadap petani kecil akan menjadi penentu keberhasilan program-program ini. Pengawasan terhadap harga pembelian hasil panen, penyediaan gudang yang layak, dan implementasi program pompanisasi yang tepat sasaran adalah langkah-langkah konkret yang harus direalisasikan.

Hilirisasi pangan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar bagi NTB. Selain meningkatkan pendapatan petani, pengembangan industri pengolahan pangan akan menarik investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing produk pertanian NTB di pasar nasional maupun internasional.

Baca Juga :  ITDC Konsisten Terapkan K3 Dalam Setiap Pembangunan Di Kawasan The Mandalika

Sumbawa, dengan potensi jagung dan peternakannya, memiliki peluang emas untuk menjadi pionir dalam hilirisasi pangan di NTB. Keberhasilan Sumbawa dalam mengembangkan industri pengolahan jagung menjadi sosis, misalnya, dapat menjadi model bagi daerah lain di NTB untuk mengembangkan potensi komoditas unggulan mereka masing-masing.

Selain jagung, NTB juga memiliki potensi besar di sektor lain seperti padi, kedelai, kakao, kopi, dan produk perikanan. Jika konsep hilirisasi ini dapat diterapkan secara luas untuk berbagai komoditas, NTB akan mampu mentransformasi dirinya menjadi salah satu pusat produksi dan pengolahan pangan utama di Indonesia.

Pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, memegang peranan penting dalam mendukung program hilirisasi pangan ini. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan infrastruktur yang memadai seperti jalan, listrik, dan air bersih, serta insentif bagi investor yang ingin membangun industri pengolahan pangan di NTB.

Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memfasilitasi petani dalam mengakses teknologi dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian mereka. Pendampingan dalam proses pengolahan dan pemasaran produk juga akan sangat membantu petani dalam mengembangkan usaha mereka.

Keberhasilan hilirisasi pangan juga memerlukan keterlibatan aktif dari sektor swasta dan masyarakat. Investasi dari perusahaan pengolahan pangan, baik skala besar maupun UMKM, akan sangat dibutuhkan untuk membangun industri ini. Sementara itu, peran serta masyarakat dalam mendukung produk lokal dan mengkonsumsi produk olahan dalam negeri juga akan mendorong pertumbuhan pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *