Lombok Timur, Jurnalekbis.com – Ratusan warga Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), memadati Aula Kantor Camat Suela pada Senin, 12 Mei 2025. Kehadiran mereka bukan tanpa alasan. Hari itu, pemerintah pusat bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dan Komisi IX DPR RI menggelar sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu program prioritas nasional yang digagas untuk mengatasi persoalan gizi buruk dan stunting indonesia/">di Indonesia.
Program MBG menjadi bagian dari visi besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam mencetak generasi sehat, cerdas, dan bebas stunting menuju Indonesia Emas 2045. Kegiatan sosialisasi ini mendapat respons luar biasa dari masyarakat, termasuk tokoh adat, kepala desa, serta lembaga desa yang hadir secara langsung.
Stunting masih menjadi masalah kronis di Indonesia. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Sekretaris Deputi Promosi dan Kerja Sama BGN, Lalu Muhammad Iwan, prevalensi stunting nasional pada 2024 masih berada di angka 21,23%. Angka ini menggambarkan masih banyaknya anak-anak Indonesia yang mengalami hambatan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis.
“Program Makan Bergizi Gratis lahir dari kesadaran bahwa pemenuhan gizi merupakan fondasi utama bagi masa depan bangsa. Gizi yang baik bukan hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan,” terang Lalu Muhammad Iwan dalam presentasinya.
Ia juga menekankan bahwa distribusi gizi yang tidak merata, kurangnya akses terhadap makanan sehat, dan masih minimnya edukasi menjadi tantangan utama yang coba dijawab melalui MBG. Melalui program ini, anak-anak di seluruh Indonesia, termasuk wilayah-wilayah terpencil seperti Kecamatan Suela, akan mendapatkan akses langsung ke makanan bergizi secara cuma-cuma.
Anggota Komisi IX DPR RI, Muazzim Akbar, yang turut hadir dalam acara sosialisasi menyampaikan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menyukseskan program MBG.
“Ini bukan kerja satu atau dua institusi. Kita semua harus bergerak bersama. Mulai dari kementerian, pemerintah provinsi dan kabupaten, hingga kepala desa, RT, dan masyarakat,” ujar Muazzim dalam sambutannya.
Muazzim menyebut MBG sebagai program strategis untuk menekan angka stunting secara nasional, sekaligus menjadi gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembangunan Koperasi “Desa Merah Putih.” Menariknya, setiap koperasi desa ini akan mendapat dukungan anggaran hingga Rp5 miliar untuk menjual bahan pokok bergizi dengan harga terjangkau.
“Dengan koperasi desa ini, kami ingin mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar, sekaligus membuka lapangan kerja baru di tingkat lokal,” jelas Muazzim.
Komitmen pemerintah tidak berhenti pada pemberian bantuan makanan bergizi semata. Pemerintah juga mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk turut serta aktif dalam mendukung operasional Program MBG.

Merujuk pada kebijakan terbaru dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, setiap BUMDes diarahkan untuk mengalokasikan minimal 20% dari total anggarannya bagi keberlangsungan program MBG di tingkat desa.
Langkah ini dinilai strategis untuk memperkuat dukungan logistik dan distribusi makanan bergizi secara berkelanjutan, langsung dari desa untuk warganya. Dengan demikian, program tidak hanya bersifat bantuan sementara, tetapi menciptakan ekosistem pangan sehat yang berkelanjutan.
Selain itu, pembangunan Satuan Produksi Pangan Gizi (SPPG) menjadi komponen penting dalam strategi nasional MBG. Dalam pemaparannya, Lalu Muhammad Iwan mengungkapkan bahwa hingga saat ini, terdapat 30 SPPG yang sudah aktif beroperasi di Provinsi NTB, termasuk lima unit yang tersebar di Kabupaten Lombok Timur.
“SPPG adalah pusat produksi makanan bergizi berbasis komunitas. Siapa pun bisa ikut serta membangun SPPG, dengan memenuhi syarat lahan, tenaga kerja, dan peralatan yang dibutuhkan. Semua proses pendaftaran dilakukan secara daring melalui laman resmi kami di mitra.bgn.go.id,” ujarnya.
Kehadiran SPPG ini tidak hanya membantu menyediakan makanan bergizi, tetapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat desa. SPPG akan memberdayakan petani lokal, pelaku UMKM, hingga komunitas perempuan desa untuk ikut serta dalam penyediaan pangan sehat.
Camat Suela, Ana Tarfi, menyambut positif pelaksanaan kegiatan sosialisasi MBG. Ia menilai program ini sangat relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat di wilayahnya, mengingat banyak keluarga prasejahtera yang belum mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka secara optimal.
“Dengan adanya Program MBG, kami sangat berharap Kecamatan Suela bisa menjadi pilot project di Lombok Timur. Kami siap memberikan dukungan penuh, mulai dari fasilitasi lahan hingga mendorong partisipasi masyarakat,” tegas Ana Tarfi.
Ia juga berharap agar SPPG bisa segera dibangun di wilayah Suela, sehingga warga tak hanya menerima bantuan, tetapi juga berdaya secara ekonomi dalam jangka panjang.
Salah satu warga yang hadir dalam kegiatan tersebut, Nurhasanah (36), ibu rumah tangga asal Desa Suntalangu, mengaku sangat antusias mengikuti sosialisasi Program MBG. Ia menilai kegiatan tersebut membuka wawasan baru terkait pentingnya pemenuhan gizi bagi anak-anaknya.
“Anak saya tiga, semuanya masih SD. Jujur saja, untuk memberikan makanan bergizi setiap hari, saya kadang bingung karena penghasilan suami hanya cukup untuk kebutuhan pokok. Tapi dengan program ini, kami merasa diperhatikan,” tuturnya.
Nurhasanah juga berharap agar program ini tidak hanya menjadi seremonial, tetapi benar-benar dijalankan secara berkelanjutan, termasuk pendampingan dari petugas gizi dan penyuluh desa.
Indonesia tengah bersiap menyongsong momen penting dalam sejarahnya: 100 tahun kemerdekaan pada tahun 2045. Untuk mewujudkan visi “Indonesia Emas 2045”, dibutuhkan generasi muda yang sehat, kuat, dan cerdas. Di sinilah letak pentingnya peran gizi.
Melalui program MBG, pemerintah menanamkan kesadaran kolektif bahwa investasi terbesar sebuah bangsa bukan hanya pada infrastruktur atau teknologi, melainkan pada kualitas sumber daya manusianya. Generasi emas hanya dapat lahir dari anak-anak yang tidak kekurangan gizi, tidak terkena stunting, dan mendapatkan pendidikan yang layak.
“Setiap piring makanan bergizi yang kita berikan kepada anak-anak hari ini adalah fondasi untuk bangsa yang kuat esok hari,” pungkas Muazzim Akbar di akhir acara.