BisnisFoods

Kopi Keliling: Bisnis Kekinian Anak Muda yang Sedang Naik Daun

×

Kopi Keliling: Bisnis Kekinian Anak Muda yang Sedang Naik Daun

Sebarkan artikel ini
Kopi Keliling: Bisnis Kekinian Anak Muda yang Sedang Naik Daun
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com  – Budaya ngopi di kalangan anak muda kini mengalami transformasi. Tak sekadar menjadi kebiasaan para penikmat kopi sejati, minuman berkafein ini telah menjelma sebagai gaya hidup, simbol kebersamaan, bahkan peluang usaha baru. Salah satu tren yang sedang naik daun di berbagai daerah, termasuk di Mataram dan Lombok Utara, adalah kopi keliling—sebuah inovasi bisnis yang menggabungkan mobilitas tinggi dan kreativitas tanpa batas.

Fenomena ini tidak hanya mengubah cara masyarakat menikmati kopi, tetapi juga membuka jalan baru bagi para pengusaha muda untuk menekuni dunia usaha dengan modal minim namun berpotensi untung besar. Kopi keliling kini bukan sekadar tren, melainkan representasi perubahan gaya hidup dan dinamika ekonomi mikro di tengah masyarakat.

Dahulu, menikmati secangkir kopi identik dengan duduk santai di kedai atau kafe yang tenang. Namun, saat ini, kopi bisa dinikmati sambil berdiri di pinggir jalan, duduk di taman, atau bahkan saat lalu lalang di tengah hiruk pikuk kota. Konsep inilah yang ditawarkan oleh para pelaku usaha kopi keliling.

Baca Juga :  Sukses Gelar Mobile IP Clinic , Dinas Perindustrian NTB, Raih Penghargaan Dari DJKI dan Kemenkumham

Ahmad Syahroni, salah satu pelaku usaha kopi keliling di Kota Mataram, mengatakan bahwa tren ini tumbuh seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap kopi berkualitas dengan harga terjangkau. “Modal yang dikeluarkan pun tidak sebesar membuka kafe maupun kedai kopi, penghasilannya lumayan besar,” kata Roni, sapaan akrabnya, saat ditemui di seputaran Jalan Udayana, Mataram.

Roni menyebutkan bahwa jenis kopi yang ia jual cukup beragam, mulai dari americano, kopi susu gula aren, hingga es kopi butterscotch yang tengah digemari anak muda. Harganya pun ramah di kantong, berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu per gelas.

Dalam sehari, dirinya bisa menjual sekitar 100 hingga 200 gelas, terutama saat cuaca cerah dan banyak aktivitas luar ruang. Ia berkeliling menggunakan motor dari pukul 09.00 Wita hingga sore hari, menyusuri area kampus, perkantoran, dan ruang publik di Mataram. “Kopi keliling ini cukup diminati karena murah, rasanya enak, dan konsumen tidak perlu ke kafe,” ujarnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Keterampilan Industri Lokal, Disperin NTB Gelar Latihan CPPOB dan Pengemasan

Fenomena kopi keliling tidak hanya hadir di ibu kota provinsi. Di Lombok Utara, tepatnya di Dusun Tampes, Kayangan, seorang pemuda bernama Febrian Heri Saputra juga menekuni usaha serupa. Ia menamai usahanya “Nomad Coffee”, yang secara harfiah menggambarkan gaya hidup berpindah dan fleksibel.

Febrian memulai usaha ini sejak pertengahan Juli 2024 dengan modal terbatas. Menariknya, ia memilih menggunakan bahan utama lokal dari petani kopi robusta di Desa Santong dan Sesait, Kecamatan Kayangan. “Produk saya lokal semuanya, hanya sirup dan susu yang dari toko,” jelasnya.

Tanpa latar belakang barista atau pengalaman meracik kopi, Febrian memberanikan diri belajar secara otodidak. Dengan modal sekitar Rp 2,45 juta, ia membeli perlengkapan kopi dan merakit tempat berjualan dari kayu senilai Rp 300 ribu untuk ditaruh di atas motornya. “Lebih murah dibandingkan pakai kontainer yang bisa sampai Rp 10 juta,” katanya.

Baca Juga :  Chicken roast on KFC has best taste in world

Ia mulai berjualan pukul 17.20 Wita hingga 23.00 Wita di Pantai Ketapang, Dusun Tampes, dan dalam sehari mampu meraih pendapatan antara Rp 130 ribu sampai Rp 230 ribu, tergantung keramaian. Jika ada acara masyarakat, pendapatannya bisa lebih besar lagi.

Meski dijajakan dari motor sederhana, menu yang ditawarkan Febrian cukup lengkap dan tak kalah dari kedai modern. Di antaranya:

  • Kopi tubruk
  • Vietnam drip
  • Kopi susu lokal
  • Latte, caramel latte, hazelnut latte
  • Es kopi Nomad khas racikan sendiri

Harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. “Dengan harga segitu, saya ingin semua kalangan bisa menikmati kopi berkualitas tanpa harus ke kafe,” ujar Febrian.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *