Lombok Barat, Jurnalekbis.com – Pemerintah Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini mulai menyasar wilayah-wilayah prioritas, termasuk di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Bertempat di GEM Pearl Meninting, pada Kamis, 5 Juni 2025, digelar kegiatan sosialisasi MBG yang mendapat sambutan antusias dari masyarakat serta dukungan penuh dari para pemangku kepentingan.
Program MBG menjadi salah satu pilar penting dalam upaya pemerintah menurunkan angka stunting, malnutrisi, dan ketimpangan gizi di Indonesia. Melalui pendekatan lintas sektoral yang melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN), DPR RI, serta pemerintah daerah, program ini dirancang untuk menyasar kelompok rentan, yakni pelajar PAUD hingga SMA/sederajat termasuk santri, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Dalam paparannya, Anggota Komisi IX DPR RI, Muazzin Akbar, menekankan pentingnya percepatan pelaksanaan MBG sebagai fondasi membangun Indonesia Emas 2045. Menurutnya, penguatan gizi anak dan ibu sejak dini bukan hanya berkaitan dengan kesehatan semata, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber daya manusia jangka panjang.
“Program Makan Bergizi Gratis ini akan disalurkan merata ke penerima manfaat yang ada di GEM Pearl Meninting. Ini menjadi prioritas kita bersama,” ujar Muazzin saat membuka acara sosialisasi.
Ia menambahkan bahwa kehadiran program ini bukan hanya tentang pemberian makanan gratis, tetapi juga berpotensi menjadi katalis ekonomi lokal.
“Masyarakat bisa terlibat langsung, bermitra dalam pengadaan bahan makanan lokal, membuka peluang usaha baru, hingga menggerakkan sektor UMKM. Ini adalah program gizi yang inklusif,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Deputi Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional (BGN), Lalu Muhammad Iwan Mahardan, menegaskan bahwa pemenuhan gizi anak merupakan investasi jangka panjang yang berdampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan dan ketahanan nasional.
“Anak yang gizinya baik akan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Gizi berkualitas menciptakan SDM unggul,” tegas Iwan Mahardan.
Ia menyoroti pentingnya kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat terhadap isu gizi, karena peran keluarga, sekolah, dan komunitas lokal akan menjadi kunci keberhasilan program MBG di lapangan.

Program Makan Bergizi Gratis ini memiliki cakupan luas, dengan empat kelompok sasaran utama yang telah ditetapkan pelajar mulai dari PAUD hingga SMA dan Santri, Balita, Ibu Hamil serta ibu menyusui
Kesuksesan program MBG bukan hanya bertumpu pada pemerintah pusat. Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, fasilitas kesehatan, komunitas lokal, dan keluarga penerima manfaat akan menjadi pondasi utama keberlanjutan program ini.
Muhammad Sajidin, Sekretaris Camat Batu Layar, menyampaikan optimismenya bahwa masyarakat Lombok Barat siap menyambut program MBG dengan semangat partisipatif.
“Kami akan dukung penuh program ini hingga implementasinya bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Peran tokoh masyarakat dan kader posyandu akan sangat vital di sini,” ujarnya.
Pemerintah daerah, tambahnya, juga telah bersiap mengintegrasikan MBG dengan berbagai program yang sudah berjalan, termasuk Posyandu, program pangan/">ketahanan pangan, serta pembinaan UMKM lokal.
Untuk menjamin keberlangsungan program, pemerintah juga terus mendorong pendirian Dapur Sehat atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai titik strategis, terutama di lingkungan sekolah, pesantren, dan fasilitas kesehatan.
Dapur sehat akan menjadi titik pusat produksi dan distribusi makanan bergizi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BGN dan Kementerian Kesehatan. Pemilihan bahan makanan lokal yang segar dan bernutrisi tinggi menjadi kriteria utama dalam pelaksanaan di lapangan.
Dalam praktiknya, dapur ini juga dapat memberdayakan masyarakat setempat, mulai dari petani lokal, pelaku UMKM, hingga kader gizi. Hal ini sejalan dengan misi MBG yang tidak hanya berorientasi pada kesehatan, tetapi juga peningkatan ekonomi masyarakat desa.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia masih berada pada 21,6%, yang artinya sekitar 1 dari 5 anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Sementara target pemerintah untuk 2024 adalah menurunkan angka tersebut hingga 14%.
Di NTB sendiri, meskipun telah terjadi penurunan, prevalensi stunting masih berada di angka 20,2%. Lombok Barat menjadi salah satu wilayah dengan potensi intervensi tinggi karena memiliki populasi usia sekolah dan balita yang cukup besar, serta sebagian wilayahnya tergolong desa rawan pangan.
Program MBG menjadi bagian penting dalam strategi multisektor penanganan stunting, bersama dengan program sanitasi, imunisasi, dan edukasi gizi yang sudah digalakkan sebelumnya.
Meski potensinya besar, implementasi MBG tidak lepas dari tantangan. Di antaranya adalah ketersediaan anggaran berkelanjutan, distribusi logistik, pengawasan kualitas makanan, serta kesiapan infrastruktur dapur sehat di daerah.
Namun, dengan dukungan penuh dari legislatif, pemerintah pusat dan daerah, serta kesadaran masyarakat yang semakin meningkat, program ini diharapkan bisa berjalan secara berkesinambungan hingga menyentuh seluruh pelosok negeri.
“Kita ingin generasi mendatang bebas dari stunting, sehat, cerdas, dan kuat. Itu semua dimulai dari satu hal: asupan gizi yang cukup dan berkualitas.” Pungkas Muazzin Akbar