Gaya HidupNews

Ketika Seragam Cokelat Menjadi Simbol Kasih Sayang

×

Ketika Seragam Cokelat Menjadi Simbol Kasih Sayang

Sebarkan artikel ini
Ketika Seragam Cokelat Menjadi Simbol Kasih Sayang
Kunjungi Sosial Media Kami

Lombok Timur, Jurnalekbiss.com– Di balik seragam cokelat yang dikenakan setiap hari, terdapat sosok polisi berhati mulia yang telah menjadi pahlawan sunyi bagi masyarakat di pelosok Lombok Timur. Dialah Bripka jurnalekbis.com/tag/agus-salim/">Agus Salim, Bhabinkamtibmas Desa Pringgabaya, Kecamatan Pringgabaya, Polsek Pringgabaya, Polres Lombok Timur, Polda NTB, yang sejak 2014 telah mengabdikan dirinya tak hanya dalam tugas keamanan, tetapi juga dalam aksi sosial kemanusiaan yang menyentuh ribuan hati.

Bripka Agus Salim tidak memulai kariernya sebagai aktivis sosial. Ia hanyalah seorang anggota polisi yang memiliki rasa peduli tinggi terhadap kondisi masyarakat di wilayah tugasnya. Namun pengalaman bertemu warga dengan kondisi serba kekurangan, terutama para lansia, penyandang disabilitas, dan anak-anak yatim, menjadi pemantik semangatnya untuk berbuat lebih.

“Dari 2014, yang saya lakukan adalah peduli sosial. Mulai dari membagikan kursi roda, tongkat, dan Al-Qur’an ke TPQ-TPQ. Kami juga melakukan bedah rumah bagi warga lansia dan anak yatim yang tinggal di rumah tidak layak huni,” tutur Bripka Agus Salim. Selasa (17/6/2025).

Keterbatasan ekonomi yang ditemui di lapangan menjadi cambuk bagi dirinya untuk terus berbuat. Menurutnya, banyak warga yang bahkan tak mampu membeli beras, apalagi alat bantu seperti kursi roda atau tongkat.

Baca Juga :  NTB Raih Kinerja Gemilang! Penerimaan Pajak Tumbuh 19,64%

“Jangan kan beli kursi roda, untuk makan saja mereka kesulitan. Dari situlah saya merasa tergerak,” ujarnya.

Kegiatan sosial itu tidak semata-mata didukung dana besar. Sebagian besar kebutuhan, mulai dari kursi roda, tongkat, hingga biaya operasional ambulans, didanai dari uang pribadi dan tunjangan khusus yang diterimanya sebagai Bhabinkamtibmas.

Dalam menjalankan misi kemanusiaannya, Bripka Agus Salim tak berjalan sendiri. Ia kerap bekerja sama dengan relawan kemanusiaan dan sejumlah yayasan sosial di Lombok Timur. Ketika dananya tidak mencukupi, ia tak segan mengajak teman-teman relawan untuk patungan, terkadang merogoh kocek Rp100.000 hingga Rp200.000 per orang untuk bisa membeli kursi roda.

Namun proses permintaan bantuan ke dinas sosial diakuinya cukup sulit karena panjangnya antrean dan lambatnya proses birokrasi.

“Kadang ke Dinas Sosial, tapi susah dan menunggu lama. Biasanya kami lebih cepat jika urunan dengan teman-teman relawan,” katanya.

Meski niatnya mulia, bukan berarti jalan yang dilaluinya selalu mulus. Ia mengaku pernah diejek, bahkan dikritik oleh beberapa oknum perangkat desa karena memberikan bantuan tanpa “izin” formal.

Baca Juga :  Bimtek Penyusunan Struktur dan Skala Upah Digelar di Lombok

“Pernah ada kepala desa yang komplen, kenapa saya kasih bantuan tanpa minta izin. Tapi saya anggap itu hal biasa, dinamika di lapangan,” ucapnya tenang.

Namun demikian, tidak pernah sekalipun ia mengalami penolakan dari masyarakat. Justru sebaliknya, banyak yang menaruh hormat dan rasa terima kasih atas bantuan yang diberikannya.

Kegiatan sosial Bripka Agus Salim tidak hanya dilakukan di wilayah Desa Pringgabaya saja. Ia telah menjangkau hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Timur, termasuk Jerowaru dan Sambalia. Setiap kali mendengar ada warga yang membutuhkan bantuan, ia berusaha hadir dengan segala keterbatasannya.

“Saya belum pernah terpikir untuk berhenti. Selama saya diberi kesehatan, saya akan terus membantu,” tekadnya penuh semangat.

Apa yang dilakukan Bripka Agus Salim tidak luput dari perhatian atasan dan keluarganya. Ia menyampaikan bahwa Kapolres, Kapolda, bahkan Mabes Polri turut memberikan dukungan atas kegiatan sosial yang digagasnya.

“Alhamdulillah, keluarga sangat mendukung. Kapolres, Kapolda hingga Mabes Polri juga mengapresiasi,” tambahnya.

Baca Juga :  Disperin NTB Latih IKM, Kreasi Kuliner Lokal Kelas Dunia

Tak hanya itu, penghargaan dari masyarakat menjadi motivasi terbesar bagi dirinya. Senyum dan rasa syukur dari warga yang dibantunya adalah bentuk apresiasi terbaik yang tidak bisa dinilai dengan materi.

Sebagai anggota Polri, Bripka Agus Salim berharap agar semakin banyak polisi yang aktif terjun membantu masyarakat secara langsung. Menurutnya, kehadiran polisi di tengah masyarakat tidak hanya sebatas menjaga keamanan, tetapi juga memberikan dampak nyata dalam kehidupan sosial.

“Saya berharap teman-teman polisi bisa lebih peduli pada masyarakat. Kalau kita hadir dan membantu, masyarakat akan lebih cinta pada polisi,” ungkapnya.

Kepada pemerintah daerah, mulai dari Bupati hingga Gubernur, ia berharap ada peningkatan kepekaan terhadap kondisi masyarakat kecil yang benar-benar membutuhkan perhatian dan uluran tangan.

Hingga saat ini, Bripka Agus Salim masih memegang teguh satu prinsip hidup sederhana yang menjadi pegangan dalam setiap aksinya:

“Saya berbahagia ketika bisa membahagiakan orang lain.”

Prinsip inilah yang mendorongnya tetap semangat menjalani kegiatan sosial meski terkadang menghadapi rintangan, keterbatasan dana, dan ketidaktahuan publik akan kerja kerasnya di lapangan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *