Mataram, BJurnalekbis.com – Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menegaskan komitmennya dalam transisi jurnalekbis.com/tag/energi/">energi. Bersama PT PLN (Persero), Pemerintah Provinsi NTB menargetkan pencapaian bauran energi bersih sebesar 2,5% pada tahun 2034. Target ambisius ini akan diwujudkan melalui pengembangan berbagai pembangkit listrik ramah lingkungan yang memanfaatkan potensi alam melimpah di Bumi Gora, seperti tenaga surya dan yang paling inovatif, arus laut.
Indonesia, termasuk NTB, memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat besar. Bauran energi nasional saat ini masih didominasi oleh energi fosil, namun komitmen global dan nasional untuk mengurangi emisi karbon mendorong percepatan transisi menuju energi bersih. NTB, dengan letak geografisnya yang strategis dan kekayaan alamnya, menjadi salah satu provinsi yang paling siap mengimplementasikan inisiatif ini.
“Potensi EBT di NTB sangat tinggi. Kalau tidak salah kita punya 20 megawatt (MW) yang nanti akan kita kembangkan di Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) hingga tahun 2034,” ujar General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti. Jumat (20/6).
Target 2,5% bauran energi bersih pada 2034 ini merupakan langkah signifikan mengingat saat ini porsi energi fosil dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) masih cukup besar, mencapai lebih dari 30%.
“Transisi ini harus bertahap karena kalau membangun pembangkit EBT bersifat intermiten, kita perlu mempersiapkan secara bertahap agar sistem kita handal, perlu baterai juga dan sebagainya,” tambah Sri Heny.
Salah satu poin paling menarik dari rencana pengembangan EBT di NTB adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Ini merupakan sebuah inovasi istimewa yang akan menjadikan NTB sebagai pionir dalam pemanfaatan energi arus laut di Indonesia.
“Khusus di NTB, dekat Ampenan, kita akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Jadi itu istimewanya, dan sudah menjadi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang akan dilakukan kajian lebih lanjut dan proses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” jelas Sri Heny.

Lokasi yang paling potensial untuk PLTAL ini berada di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, yang diperkirakan mampu menyumbang listrik sebesar 1,62% dari total bauran EBT. Pemanfaatan arus laut sebagai sumber energi listrik adalah langkah maju yang menunjukkan komitmen NTB dalam diversifikasi energi dan optimalisasi potensi alamnya. Teknologi PLTAL relatif baru di Indonesia, dan keberhasilan proyek ini akan menjadi studi kasus penting bagi pengembangan energi terbarukan di masa depan.
Selain PLTAL, NTB juga akan fokus pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan PLTS. Saat ini, terdapat 37 unit PLTMH di Lombok dan total 39 unit di seluruh NTB. Pembangkit-pembangkit ini memiliki daya mampu pemasok sekitar 730 MW. Untuk PLTMH, kapasitas daya yang terpasang sekitar 1 MW per 39 unit, dengan rata-rata setahun bisa menghasilkan 3,5 juta KWH. Kontribusi PLTMH ini sangat signifikan dalam mencapai target 2,5% bauran EBT dari EBT secara keseluruhan.
“Saat ini yang akan dibangun di tempat kita adalah PLTMH dan PLTS. Sementara untuk PLTS itu nanti memerlukan baterai supaya nanti intermitennya bisa aman,” tambah Sri Heny.
Keandalan pasokan listrik adalah kunci dalam transisi energi. PLN di NTB telah memastikan sistem kelistrikan yang terintegrasi dan handal. PLTMH seperti PLTMH Santong, meskipun secara lokal berada di satu titik, telah terhubung dalam sistem grid transmisi lupik, artinya semua pembangkit terhubung.
“PLTMH Santong ini masuk dalam sistem grid, jadi ini masuk dan dialihkan ke seluruh NTB. Kita sudah terkoneksi sistem general transmisi lupik, artinya terhubung semua,” jelas Sri Heny.
Integrasi ini sangat penting untuk menjamin pasokan listrik yang stabil. Jika terjadi gangguan pada salah satu pembangkit, sistem otomatis akan menggantikannya dengan pembangkit lain yang terhubung.
“Jika ada gangguan, kita punya sistem di Lombok sudah terkoneksi dengan sistem yang diatur oleh UP2B (Unit Pelaksana Pengatur Beban) dan teman-teman UP2D (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan). Secara sistem kita sudah langsung otomatis bisa tergantikan dengan pembangkit yang lainnya,” tegas Sri Heny.
Pencapaian target 2,5% bauran energi bersih pada tahun 2034 di NTB merupakan sebuah tantangan besar namun juga peluang emas. Diversifikasi sumber energi tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tidak terbarukan dan berfluktuasi harganya, tetapi juga akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan peningkatan kualitas lingkungan.
Namun, dengan komitmen kuat dari Pemerintah Provinsi NTB dan PLN, serta potensi EBT yang melimpah, peluang untuk mencapai target ini sangat terbuka lebar. Pembangunan PLTAL sebagai proyek percontohan akan menjadi tonggak sejarah yang menginspirasi daerah lain untuk mengembangkan potensi energi terbarukan yang unik. NTB bukan hanya akan menjadi lumbung pariwisata, tetapi juga menjadi model provinsi yang mandiri dan berkelanjutan dalam hal energi.