DaerahEkonomi

Meski Ekspor Turun, Ekonomi Non-Tambang NTB Tumbuh 5,57%

×

Meski Ekspor Turun, Ekonomi Non-Tambang NTB Tumbuh 5,57%

Sebarkan artikel ini
Meski Ekspor Turun, Ekonomi Non-Tambang NTB Tumbuh 5,57%
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com– Di tengah gejolak ekonomi global akibat ketegangan geopolitik dan perlambatan pertumbuhan di sejumlah negara besar, Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (BI NTB) memastikan bahwa kondisi ekonomi dan sistem keuangan di wilayahnya tetap berada dalam jalur yang stabil.

Kepala Perwakilan BI NTB, Barry Arifsyah Harahap, dalam paparan resmi bertajuk Perkembangan Stabilitas Sistem Moneter dan Sistem Pembayaran Provinsi NTB, Selasa (24/6/2025), menyampaikan bahwa tekanan global sejauh ini belum memberikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas ekspor maupun sistem moneter di NTB.

“Geopolitik Iran-Israel hingga saat ini belum menunjukkan dampak langsung ke ekspor NTB. Namun, kami mencermati kenaikan harga minyak global sebagai indikator awal,” tegas Barry.

Salah satu indikator yang menjadi perhatian utama BI adalah inflasi. Per Mei 2025, inflasi NTB tercatat sebesar 1,63% (year-on-year) dan -0,58% secara bulanan (month-to-month). Ini mencerminkan kondisi inflasi yang masih terkendali dan berada dalam rentang target nasional 2,5% ±1%.

Turunnya harga komoditas hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, dan beras setelah panen raya turut memberikan kontribusi terhadap deflasi bulanan di seluruh wilayah NTB.

Baca Juga :  Kendalikan Inflasi, BI Bersama TPID NTB Gelar Kick Off GNPIP Tahun 2023

“Penurunan harga ini mencerminkan efektivitas pasokan pangan dan distribusi yang membaik pasca panen. Kondisi ini mendukung daya beli masyarakat,” ujar Barry.

Di sisi pertumbuhan ekonomi, NTB mencatatkan kontraksi sebesar -1,47% (yoy) pada Triwulan I 2025. Kontraksi ini disebabkan oleh turunnya ekspor konsentrat menyusul berakhirnya masa relaksasi ekspor dan terbatasnya kapasitas produksi smelter yang baru mencapai 48%.

Namun demikian, sektor ekonomi non-tambang justru tumbuh positif sebesar 5,57%, didukung oleh sektor pertanian yang mengalami percepatan kinerja berkat musim panen padi.

Perekonomian NTB mengalami tekanan dari sisi pertambangan, tapi sektor lain terutama pertanian menunjukkan ketahanan yang kuat,” tambah Barry.

Di tengah kontraksi ekonomi, sistem keuangan NTB justru menunjukkan ketahanan. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2025 tercatat sebesar 16,6% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan data BI, kredit konsumsi dan investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) masih terjaga di level aman sebesar 1,72%, jauh di bawah ambang batas risiko sistemik.

Baca Juga :  Ekonomi Terus Tumbuh, PLN Catat Konsumsi Listrik Sebesar 1,2 TWH Hingga Juni 2023

“Pertumbuhan kredit yang positif ini menandakan bahwa sektor keuangan tetap percaya diri terhadap prospek pemulihan ekonomi,” jelas Barry.

Di sisi lain, penghimpunan dana oleh perbankan melalui Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan sebesar 3,14% (yoy). Sumber utama pertumbuhan berasal dari DPK sektor swasta dan rumah tangga.

Adapun total aset perbankan di NTB hingga Mei 2025 mencapai Rp87,37 triliun, meningkat dari posisi sebelumnya di Rp85,32 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa fundamental sektor perbankan daerah tetap kuat di tengah kondisi global yang penuh tantangan.

Perkembangan teknologi sistem pembayaran digital juga menjadi perhatian BI NTB. Hingga Mei 2025, jumlah pengguna QRIS di NTB mencapai 490 ribu pengguna dengan 375 ribu merchant aktif, serta mencatatkan volume transaksi hingga 3,07 juta transaksi.

Penggunaan kartu APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) dan uang elektronik (UE) juga meningkat masing-masing sebesar 7,45% dan 22,86% (yoy), menandakan transformasi digital semakin diterima oleh masyarakat NTB.

“Kami terus mendorong adopsi transaksi digital yang inklusif dan aman. QRIS menjadi tulang punggung ekonomi digital di daerah,” tutur Barry.

Baca Juga :  Ekonomi NTB Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan di 2025

Secara nasional, BI mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) pada level 5,50%, dengan suku bunga deposit facility di 4,75% dan lending facility di 6,25%. Kebijakan ini diambil untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, dan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi.

Intervensi melalui pasar valas dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder tetap dilakukan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan stabilitas pasar keuangan.

Dari sisi konsumsi, rumah tangga di NTB masih menunjukkan daya beli yang relatif baik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada di atas level 100, mencerminkan optimisme masyarakat. Meskipun terjadi penurunan tabungan dan peningkatan cicilan, hal ini dianggap sebagai bentuk pergeseran alokasi pendapatan pasca Ramadan dan Idulfitri.

Meskipun beberapa indikator menunjukkan tekanan, BI NTB tetap optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi NTB dalam jangka menengah. Fokus akan tetap diarahkan pada penguatan sektor riil non-tambang, perluasan inklusi keuangan, dan pengendalian inflasi.

“Kondisi ekonomi global masih berisiko, tapi dengan koordinasi erat antarlembaga dan penguatan sektor lokal, kita bisa menjaga momentum pemulihan,” tegas Barry Arifsyah Harahap.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *