FORNAS

500 Penari Kolosal Guncang Pembukaan FORNAS VIII NTB

×

500 Penari Kolosal Guncang Pembukaan FORNAS VIII NTB

Sebarkan artikel ini
500 Penari Kolosal Guncang Pembukaan FORNAS VIII NTB
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Panggung malam pembukaan Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu malam (26/07/2025), menjadi saksi kemegahan budaya yang dipadukan dengan kekuatan narasi sejarah. Bertempat di arena utama kawasan Mataram, pertunjukan seni kolosal ini menghadirkan pengalaman visual dan emosional mendalam bagi puluhan ribu penonton dari berbagai daerah indonesia/">di Indonesia.

Sorotan utama malam itu adalah penampilan 500 penari dari seluruh kabupaten/kota di NTB, yang membawakan tarian dramatik bertema budaya dan sejarah daerah. Di bawah arahan koreografer dan sutradara teater senior NTB, Lalu Suryadi Mulawarman, S.Sn., MM., pertunjukan ini menjelma menjadi bentuk teater tari yang menggugah, lebih dari sekadar pertunjukan pembukaan.

Berbeda dengan seremoni pembukaan pada umumnya, pertunjukan pembuka FORNAS VIII kali ini bukan sekadar tari tradisional yang biasa ditampilkan dalam acara kenegaraan. Konsep yang dibangun merupakan narasi kolaboratif lintas budaya dan generasi, memadukan unsur mitologi lokal, sejarah kerajaan, hingga perjuangan tokoh-tokoh besar dari Bumi Gora.

Lalu Suryadi menjelaskan bahwa karya ini merupakan bentuk dedikasi terhadap kekayaan budaya NTB yang belum banyak dikenal secara nasional.

“Kami tidak hanya mengangkat kultur budaya, tetapi juga sisi historis NTB. Banyak tokoh besar dari masa lalu yang belum dikenal publik, itu yang coba kami angkat ke panggung nasional,” ujar Lalu Suryadi usai pementasan.

Baca Juga :  NTB Siapkan Panggung Sejarah di Pembukaan FORNAS VIII

Ia menambahkan bahwa pertunjukan ini dirancang untuk menyampaikan sejarah dan identitas lokal secara visual melalui koreografi, teatrikal, musik, dan simbol budaya yang kuat.

Pembukaan pertunjukan diawali dengan visualisasi sosok mitologis Dewi Anjani, atau yang dikenal masyarakat Lombok sebagai Inen Gumi (Ibu Bumi). Figur ini bukan hanya sebagai entitas legenda, namun juga ditampilkan sebagai simbol pelindung alam dan kekuatan perempuan.

Dalam koreografi yang dinamis, Dewi Anjani menjadi narator gerak yang membawa penonton menyusuri fase-fase perjalanan budaya dan sejarah NTB. Penonton seolah diajak menyelami relasi spiritual masyarakat NTB dengan alam, tanah, dan leluhur.

Segmen berikutnya memperlihatkan representasi visual dari berbagai kerajaan yang pernah berjaya di NTB, seperti Kesultanan Samawa (Sumbawa), Kesultanan Mbojo (Bima), serta kerajaan-kerajaan di Lombok Timur.

Salah satu tokoh yang disorot adalah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdlatul Wathan, yang memiliki pengaruh besar dalam pengembangan pendidikan dan nilai-nilai keislaman di NTB.

Selain itu, diangkat pula kisah Sultan Salahuddin dari Bima, yang dikenal sebagai pemersatu wilayah Mbojo dan Dompu, dan pencetus pentingnya persatuan Nusantara di masa kolonial.

Baca Juga :  FORNAS VIII NTB 2025 Siap Digelar Megah: Perpaduan Budaya, Teknologi, dan Semangat Kebangsaan

“Ini bukan hanya tarian. Ada narasi sejarah yang disampaikan secara visual, ada unsur teatrikal, ada musikalitas. Bisa disebut drama tari. Kita ingin menyampaikan sejarah dan budaya NTB secara utuh kepada penonton nasional dan internasional,” jelas Lalu Suryadi.

Penampilan para penari tidak hanya mencolok dari sisi gerak, namun juga dari penggunaan properti tari yang kental dengan nuansa lokal. Salah satu yang mencuri perhatian adalah tembolak atau tudung saji khas NTB yang dikreasikan sebagai elemen koreografi, melambangkan perlindungan dan keberkahan.

Begitu juga dengan kain tenun Tembe Nggoli dari Dompu, yang ditampilkan bukan sekadar kostum, tapi sebagai bentuk ekspresi gerak yang menonjolkan harmoni, kekuatan, dan estetika khas masyarakat NTB.

Pemusik lokal pun turut memainkan instrumen tradisional NTB seperti gendang beleq, serunai, dan gong, menciptakan atmosfer magis yang memperkuat pesan budaya yang disampaikan melalui setiap adegan.

Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, secara khusus menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas pementasan kolosal yang membuka FORNAS VIII ini. Menurutnya, pertunjukan ini bukan hanya menjadi hiburan semata, tetapi representasi identitas budaya NTB di mata Indonesia.

Baca Juga :  FAI Apresiasi NTB, 8 Tim dari Berbagai Provinsi Rebut Medali

“Malam ini kita tidak hanya menyaksikan pembukaan FORNAS, tetapi juga sebuah persembahan seni budaya yang luar biasa. Penampilan kolosal ini adalah bukti nyata kreativitas dan kekayaan budaya NTB yang mampu disajikan dalam skala megah,” tegas Gubernur Iqbal.

Ia menambahkan bahwa partisipasi 500 penari muda dari seluruh NTB adalah refleksi dari semangat gotong royong dan kolaborasi antar daerah dalam merayakan budaya bersama.

“Ini adalah cara kita memperkenalkan identitas diri kepada seluruh tamu dan kontingen dari seluruh Indonesia. Bahwa NTB bukan hanya indah alamnya, tetapi juga kaya akan sejarah dan seni budaya,” tambahnya.

Penampilan pembukaan FORNAS VIII NTB 2025 diyakini menjadi salah satu pertunjukan seni budaya terbesar yang pernah digelar di provinsi ini. Proses produksinya melibatkan ratusan seniman, koreografer, penata musik, perias, hingga komunitas budaya lintas kabupaten/kota.

Beberapa pihak yang terlibat antara lain: Komite Seni NTB, Dewan Kesenian Kabupaten/Kota,Sanggar Tari dan Teater Lokal, Pelatih seni dari institusi pendidikan budaya, dan Pemerhati sejarah lokal

Keterlibatan lintas sektor ini menjadi simbol kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat seni, dan generasi muda untuk menampilkan wajah NTB yang otentik, penuh warna, dan membanggakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *