FORNAS

Breaking Keterbatasan, Membangun Identitas: B-Boy Indo di Jantung FORNAS VIII 2025

×

Breaking Keterbatasan, Membangun Identitas: B-Boy Indo di Jantung FORNAS VIII 2025

Sebarkan artikel ini
Breaking Keterbatasan, Membangun Identitas: B-Boy Indo di Jantung FORNAS VIII 2025
Kunjungi Sosial Media Kami

Mataram, Jurnalekbis.com – Suasana di arena Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII 2025 di Nusa Tenggara Barat kembali dihangatkan oleh ritme dinamis dan gerakan akrobatik yang memukau. Induk organisasi pecinta budaya urban dan tari jalanan, B-Boy Indo, sekali lagi menahbiskan eksistensinya dengan menggelar kompetisi yang tidak hanya mempertemukan para penari terbaik dari berbagai penjuru, tetapi juga menegaskan bahwa seni tari jalanan adalah bagian integral dari identitas olahraga masyarakat Indonesia.

Kompetisi breaking dan open style yang digelar oleh B-Boy Indo di FORNAS VIII tahun ini menampilkan total 11 kategori. Setiap panggung menjadi saksi bisu adu kreativitas, kekuatan fisik, dan interpretasi musikal para breaker dan penari open style. Ini adalah panggung yang merayakan kebebasan berekspresi, di mana setiap gerakan adalah cerita, dan setiap irama adalah nyawa yang mengalir dalam jiwa para pegiat tari jalanan.

Wakil Ketua Umum B-Boy Indo Pusat, Roy Martin, mengakui adanya dinamika partisipasi provinsi pada FORNAS VIII ini. “Tahun ini memang ada penurunan provinsi yang ikut. Tapi dari sisi jumlah peserta, justru lebih banyak,” ujar Roy saat ditemui di sela-sela kompetisi, Kamis (31/7).

Data menunjukkan bahwa tahun ini, kompetisi B-Boy Indo hanya diikuti oleh 13 provinsi, menurun signifikan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 21 provinsi. Roy tidak menampik bahwa jarak geografis menjadi salah satu faktor utama penyebab berkurangnya partisipasi dari daerah-daerah yang jauh. Biaya transportasi dan akomodasi seringkali menjadi kendala besar bagi para pegiat tari jalanan, terutama yang berasal dari pelosok.

Baca Juga :  Booth Interaktif PLN Ramaikan FORNAS NTB, Layanan Digital Jadi Sorotan

Namun, di balik penurunan jumlah provinsi, ada kabar gembira yang dibawa oleh Roy. Meski lebih sedikit provinsi yang berpartisipasi, jumlah total peserta justru mengalami peningkatan. Ini mengindikasikan bahwa provinsi yang hadir mengirimkan delegasi yang lebih besar dan lebih kuat. “Tahun lalu memang lebih banyak provinsi, tapi perwakilannya sedikit. Tahun ini meski 13 provinsi, jumlah pesertanya lebih banyak,” jelas Roy.

Salah satu yang paling menonjol adalah partisipasi tuan rumah. Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagai penyelenggara FORNAS VIII, menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Ini adalah bukti nyata bahwa semangat tari jalanan tumbuh subur di Bumi Gora, dan para pegiat lokal memiliki dedikasi tinggi untuk berpartisipasi dan bersaing di kancah nasional. Dominasi NTB dalam hal jumlah peserta juga menjadi indikator keberhasilan sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan oleh B-Boy Indo di wilayah tersebut.

“NTB sebagai tuan rumah bahkan mengirim 20 peserta, terbanyak dari semua provinsi,” puji Roy.

Baca Juga :  FAI FORNAS VIII 2025: Ini Dia Deretan Juara dari Mataram!

Kualitas kompetisi tidak hanya diukur dari jumlah peserta, tetapi juga dari standar penilaian yang diterapkan. Roy Martin menjelaskan bahwa total ada 7 juri yang bertugas menilai penampilan peserta: tiga berasal dari pusat B-Boy Indo dan empat lainnya dari NTB. Kombinasi juri dari pusat dan daerah ini memastikan adanya standar yang seragam sekaligus mengakomodasi pemahaman konteks lokal.

Penilaian dibagi ke dalam dua kategori utama: Open Style: Kategori ini menuntut pemahaman musikalitas yang mendalam dari setiap peserta.dan B-Boy (Breaking): Kategori ini fokus pada gerakan-gerakan khas breaking yang membutuhkan kekuatan, akrobatik, dan kreativitas.

Khusus untuk kategori open style, Roy menekankan pentingnya musikalitas. “Penilaian sangat menekankan pada pemahaman musik. Peserta harus bisa menyatu dengan beat lagu. Kalau cuma ngejar semua beat tanpa penghayatan, justru itu yang bahaya,” tegas Roy.

Salah satu aspek menarik dari kompetisi B-Boy Indo di FORNAS VIII adalah inklusivitasnya. Kategori open style bahkan membuka ruang bagi peserta usia 35 tahun ke atas, yang dikenal sebagai generasi old school, untuk tetap unjuk kebolehan. Ini adalah pesan kuat bahwa seni gerak jalanan tidak terbatas pada usia muda.

Kehadiran para “old school” di panggung FORNAS bukan hanya sekadar nostalgia. Mereka membawa serta pengalaman, karakter, dan ekspresi yang matang, menunjukkan bahwa seni tari jalanan adalah tentang karakter, ekspresi, dan kekuatan budaya, bukan hanya tentang kekuatan fisik semata. Ini juga membuktikan bahwa breaking dan open style adalah gaya hidup yang dapat terus dinikmati dan dikembangkan sepanjang usia, menjaga semangat dan energi para pelopor tetap menyala. Inisiatif ini patut diacungi jempol karena membangun jembatan antara generasi dan mempertahankan akar budaya tari jalanan yang kaya.

Baca Juga :  FORNAS VIII NTB Tetap Aman, Insiden di Gili Meno Terjadi di Luar Agenda Resmi

Meskipun dari sisi wilayah partisipasi mengalami penyusutan, Roy Martin tetap melihat sisi positif dari meningkatnya kualitas dan kuantitas peserta dari provinsi yang hadir. “NTB luar biasa, dominan,” ungkapnya penuh kebanggaan.

“Harapan kami dari B-Boy Indo, KORMI bisa bantu memberangkatkan semua provinsi,” pinta Roy. Ia berharap pada FORNAS mendatang, seluruh 25 provinsi yang sudah memiliki jaringan aktif B-Boy Indo bisa berpartisipasi. Ini adalah target yang ambisius namun realistis, mengingat potensi penyebaran budaya tari jalanan di seluruh Indonesia.

Permintaan Roy ini menyoroti satu kendala klasik yang dihadapi oleh banyak organisasi olahraga dan komunitas budaya di Indonesia: dukungan logistik. “Pegiat kami ada di 25 provinsi, sayang kalau tak bisa ikut hanya karena soal transportasi,” pungkas Roy.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *