jurnalekbis.com/tag/jakarta/">Jakarta, Jurnalekbis.com – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 4,75%. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (17/9/2025). Perry menegaskan, langkah ini diambil sebagai respons atas dinamika global dan kondisi domestik yang relatif terkendali, terutama inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Menurut Perry, penurunan suku bunga tersebut merupakan yang keenam kalinya sejak September 2024. BI menilai saat ini merupakan momentum tepat untuk memberikan dorongan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, tanpa mengorbankan stabilitas makroekonomi.
“Dari sisi global tentu saja terjadi perlambatan ekonomi di berbagai negara mitra dagang utama kita, Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, dan Jepang, kecuali India. Namun yang paling utama tentu saja penurunan Fed Fund Rate yang kami perkirakan akan dimulai besok dengan probabilitas lebih dari 90%,” jelas Perry.
Ia menambahkan, indeks dolar AS (DXY) terhadap mata uang dunia cenderung stabil bahkan melemah. Kondisi tersebut memberikan ruang lebih besar bagi rupiah untuk tetap terjaga. “Ini akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan,” katanya.
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Domestik

Dari sisi dalam negeri, Perry menekankan bahwa inflasi masih terkendali dan pertumbuhan ekonomi tetap positif. Meski demikian, ia menilai pertumbuhan Indonesia masih di bawah kapasitas nasional sehingga dorongan permintaan domestik perlu diperkuat.
“Kami menyambut baik kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, termasuk pemindahan dana pemerintah dari Bank Nusa Tenggara ke perbankan untuk menambah likuiditas. Ini sekaligus memperkuat langkah BI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Ekspansi Likuiditas Rp200 Triliun
Selain menurunkan suku bunga, BI juga menggelontorkan ekspansi likuiditas besar-besaran. Perry mengungkapkan, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) turun Rp200 triliun dari Rp976 triliun menjadi Rp716 triliun.
“Selain itu, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp217 triliun. Semua langkah ini adalah bentuk ekspansi likuiditas yang sekaligus membantu pembiayaan fiskal pemerintah,” katanya.
BI juga memberikan insentif likuiditas kepada perbankan senilai Rp384 triliun. Kebijakan ini diharapkan memperkuat penyaluran kredit ke sektor riil dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Sinergi dengan Pemerintah
Perry menegaskan, seluruh bauran kebijakan BI dilakukan secara prudent dan terukur. Fokus utama adalah menjaga inflasi tetap rendah, stabilitas rupiah, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah.
“Semua kami lakukan dengan asas-asas dan prinsip kebijakan moneter yang hati-hati. Ke depan, kami akan terus memantau perkembangan global dan domestik setiap bulan, serta memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, hingga pendalaman pasar keuangan,” kata Perry.
Ia menutup dengan optimisme bahwa langkah BI akan mendukung stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan lebih tinggi. “Dengan tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas moneter, fokus kami jelas: menjaga stabilitas sambil memperkuat pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
