Mataram, Jurnalekbis.com – PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) terus mempertegas komitmennya dalam penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai fondasi menuju sistem ketenagalistrikan hijau dan berkelanjutan. Salah satu langkah nyatanya diwujudkan melalui kegiatan pembinaan dan evaluasi pengelolaan lingkungan di Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Santong, lombok-utara/">Kabupaten Lombok Utara.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Lombok dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB. Tujuannya memastikan seluruh proses operasional pembangkit berjalan sesuai prinsip keberlanjutan dan peraturan lingkungan yang berlaku.
PLTMH Santong menjadi salah satu pembangkit energi bersih andalan PLN di NTB dengan kapasitas terpasang 1 megawatt (MW). Sejak beroperasi pada 2014, pembangkit ini telah menyalurkan listrik bagi sekitar 1.000 kepala keluarga di Lombok Utara, dengan produksi energi mencapai 3.350 megawatt hour (MWh) per tahun. Keberadaan PLTMH Santong tak hanya memperkuat pasokan listrik, tetapi juga menghadirkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar tanpa merusak ekosistem alam.
Manager PLN UPK Lombok, Anton Wibisono, menegaskan bahwa kegiatan pembinaan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan PLN untuk meningkatkan kinerja lingkungan di seluruh unit pembangkit, terutama yang berbasis energi baru terbarukan (EBT).
“Penerapan ESG bukan sekadar jargon bagi PLN. Kami memastikan setiap unit pembangkit, termasuk PLTMH Santong, menerapkan tata kelola lingkungan yang baik, aman, dan sesuai ketentuan,” ujar Anton, Kamis (16/10/2025).

Tim DLHK NTB dalam kesempatan itu melakukan pembinaan dan verifikasi terkait aspek pengelolaan lingkungan, mulai dari kepatuhan administratif, kesiapan fasilitas pendukung, hingga sistem pengawasan operasional. Hasil evaluasi ini menjadi bahan dorongan bagi PLN untuk terus menjaga kualitas pengelolaan lingkungan secara transparan dan berintegritas.
Sementara itu, General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menegaskan bahwa penguatan penerapan ESG merupakan langkah strategis dalam mendukung transisi energi nasional dan peningkatan kepercayaan publik terhadap PLN sebagai perusahaan energi berkelanjutan.
“PLN tidak hanya fokus pada keandalan pasokan listrik, tetapi juga pada keberlanjutan operasionalnya. Melalui penerapan ESG, kami memastikan setiap kilowatt listrik yang dihasilkan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” ujar Sri Heny.
Saat ini, PLN UIW NTB mengelola 19 unit pembangkit energi baru terbarukan dengan total kapasitas 37,604 MW, terdiri dari 43,8 persen PLTMH dan 56,2 persen PLTS. Kontribusi energi terbarukan terhadap bauran energi di NTB telah mencapai 4,8 persen, dengan rata-rata produksi mencapai 13,61 gigawatt hour (GWh) per bulan.
PLN menargetkan peningkatan porsi EBT di NTB menjadi 10,8–20 persen dalam lima tahun ke depan dan mencapai 25,13 persen pada tahun 2034. Target ini sejalan dengan komitmen nasional menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 dan menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi percontohan energi hijau di Indonesia.
Langkah PLN NTB ini menunjukkan bahwa transisi energi tak hanya soal teknologi, tetapi juga tentang tata kelola yang berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pelestarian lingkungan.
Dengan terus memperkuat prinsip ESG, PLN berharap PLTMH Santong dan pembangkit hijau lainnya di NTB dapat menjadi contoh nyata bahwa listrik yang bersih dan ramah lingkungan bukan lagi masa depan, melainkan kenyataan yang sedang diwujudkan hari ini.