Mataram, Jurnalekbis.com – Indonesia memiliki potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal: harta karun bawah laut berupa Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 mengusulkan agar pemerintah mulai serius mengelola kekayaan ini, mengingat nilai ekonominya yang mencapai ratusan triliun rupiah.
Dalam kondisi di mana negara sedang berupaya melakukan efisiensi, BMKT bisa menjadi sumber pendapatan baru yang signifikan. Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki “brankas kekayaan” di dasar laut yang bisa menyelamatkan kas negara jika dikelola dengan baik. Namun, pengelolaan ini harus dilakukan secara cermat agar tidak sekadar menjadi ajang perebutan oleh pihak-pihak tertentu.
Analis senior Bumi Gora, Didu, menegaskan bahwa BMKT bukan hanya sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga peluang emas bagi perekonomian nasional. Menurut proyeksi Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi kekayaan harta karun bawah laut Indonesia diperkirakan mencapai 12,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 190 triliun.
Sejarah mencatat bahwa sejak abad ke-7 hingga abad ke-19, perairan Nusantara telah menjadi kuburan bagi banyak kapal dagang asing, termasuk kapal Cina dari berbagai dinasti, armada VOC Belanda, kapal Portugis, Spanyol, Inggris, hingga Jepang. Beberapa kapal yang karam menyimpan muatan berharga, seperti kapal Prins Willem Hendrick yang tenggelam di Selat Bangka dengan membawa 400 ribu koin emas.
Alih-alih dibiarkan atau dijarah oleh pihak asing, Didu menegaskan bahwa harta karun ini dapat dikelola dengan sistematis sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi negara tanpa mengabaikan aspek sejarah dan konservasi.
Meskipun potensinya besar, eksplorasi dan eksploitasi BMKT masih menjadi perdebatan karena melibatkan aspek hukum, budaya, dan lingkungan. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari regulasi yang ketat hingga ancaman penjarahan oleh pihak asing.
Sekretaris Mi6, Lalu Athari Fathullah, menekankan bahwa Indonesia memerlukan pendekatan yang lebih sistematis untuk memastikan pemanfaatan BMKT dapat dikelola secara legal dan berkelanjutan. Menurutnya, tanpa langkah strategis, potensi ini bisa hilang begitu saja akibat eksploitasi ilegal atau terbengkalai tanpa memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Lalu Athari mengusulkan pembentukan Task Force khusus yang bertugas mengawasi eksplorasi dan eksploitasi BMKT. Task Force ini memiliki peran penting dalam:
- Melakukan patroli dan investigasi guna mencegah penjarahan oleh pihak asing.
- Mengawasi proses eksploitasi agar dilakukan secara legal dan berkelanjutan.
- Memastikan hasil dari lelang artefak masuk ke kas negara.
- Menyusun kebijakan yang seimbang antara eksploitasi ekonomi dan pelestarian sejarah serta lingkungan laut.
Lebih dari sekadar mengangkat harta karun untuk dijual, BMKT juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bawah laut dan sumber penelitian ilmiah. Dengan pendekatan yang tepat, nilai ekonominya bisa bertahan dalam jangka panjang.
Dalam upaya eksplorasi BMKT, Dewan Pendiri Mi6, Hendra Kusumah, mengusulkan pelibatan komunitas paranormal. Ia menilai bahwa kemampuan clairvoyance (penglihatan jauh) dari paranormal dapat membantu mengidentifikasi lokasi kapal karam yang belum terdeteksi.
Selain itu, paranormal juga memiliki kemampuan psychometry, yaitu membaca energi dari benda-benda tertentu, termasuk artefak sejarah yang tenggelam di dasar laut. Beberapa negara Barat bahkan telah memanfaatkan kemampuan paranormal dalam berbagai penyelidikan kompleks, termasuk dalam kasus-kasus kepolisian.
“Jangan pernah lupa, alam ini menyimpan rahasia. Mungkin saatnya negara memberi ruang bagi kemampuan di luar nalar. Paranormal adalah jembatan untuk mengungkapnya,” ujar Hendra.
Meskipun terdengar tidak konvensional, metode ini bisa dikombinasikan dengan teknologi modern seperti sonar pemindaian samping, detektor logam bawah air, dan pemetaan batimetri. Dengan demikian, proses pencarian BMKT bisa lebih akurat dan efisien.