Mataram, Jurnalekbis.com – Tabligh Akbar yang digelar di eks Bandara Selaparang pada Jumat malam, 24 Mei 2025, menghadirkan bukan hanya kekhusyukan spiritual, tetapi juga keberkahan ekonomi yang nyata. Ribuan jemaah yang hadir dalam acara dakwah yang dipimpin oleh Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan angin segar bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang membuka lapak di sekitar lokasi.
Momen keramaian ini menjadi peluang emas bagi pedagang makanan, minuman, hingga produk kerajinan lokal untuk menjajakan dagangannya kepada jemaah yang datang dari berbagai daerah di Pulau Lombok bahkan luar NTB. Perputaran uang yang terjadi selama satu malam saja disebut-sebut sebagai “lonjakan omzet dadakan” oleh sejumlah pelaku usaha kecil.
Suasana di sekitar eks Bandara Selaparang pada malam tabligh akbar terlihat jauh berbeda dari biasanya. Sejak sore hari, puluhan tenda UMKM mulai berdiri rapi, menjajakan aneka sajian khas Lombok seperti sate rembiga, ayam taliwang, es kelapa muda, hingga aneka produk kerajinan tangan dari anyaman bambu dan kain tenun.
Sumi (42), seorang pedagang gorengan dan minuman tradisional yang sehari-hari berjualan di kawasan Cakranegara, mengaku mendapat keuntungan yang tak biasa dari acara tersebut.
“Saya bersyukur sekali. Biasanya jualan cuma laku sedikit-sedikit, tapi malam ini dagangan saya habis semua. Semoga acara tabligh akbar ini sering-sering diadakan. Ini bukan cuma menguatkan iman, tapi juga menambah pemasukan untuk keluarga,” ujar Sumi dengan mata berbinar.
Pengakuan Sumi diamini oleh sejumlah pedagang lain yang mengungkapkan lonjakan pendapatan hingga 3—5 kali lipat dibanding hari biasa. Mereka mengaku, hanya dalam kurun waktu 3-4 jam, omzet mereka mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung jenis dagangannya.
Fenomena ini menegaskan bahwa event keagamaan berskala besar seperti tabligh akbar bukan hanya menjadi sarana syiar Islam, tetapi juga punya daya dorong signifikan terhadap roda perekonomian lokal, khususnya sektor UMKM.
Direktur Forum Ekonomi Rakyat NTB, Ahmad Zulfikar, menilai bahwa dampak ekonomi dari acara keagamaan besar seperti ini perlu dicatat dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.
“Ini adalah contoh nyata bagaimana sektor non-formal dan spiritual bisa bersinergi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tabligh akbar yang dihadiri ribuan orang menciptakan efek ganda: spiritual meningkat, ekonomi menggeliat,” ujarnya.

Ahmad menyarankan agar acara serupa dikemas lebih terstruktur dan berkelanjutan, dengan melibatkan lebih banyak UMKM binaan, koperasi lokal, dan sektor informal lainnya.
Kehadiran ribuan orang di satu titik dalam satu malam telah menciptakan perputaran ekonomi mikro yang signifikan. Jika satu orang menghabiskan minimal Rp20.000 untuk konsumsi selama acara, maka dengan estimasi kehadiran 10.000 jemaah, total transaksi ekonomi yang terjadi bisa mencapai Rp200 juta hanya dalam satu malam.
Produk yang Mendapat Permintaan Tinggi:
Makanan & Minuman: Gorengan, sate rembiga, ayam taliwang, es kelapa, kopi sasak.
Kerajinan Lokal: Kain tenun ikat, gelang kayu cendana, anyaman bambu.
Aksesoris Islami: Mukena, sajadah, peci, parfum non-alkohol, dan kitab-kitab kecil.
Kenaikan penjualan produk-produk tersebut memicu efek berantai, dari peningkatan produksi hingga potensi penciptaan lapangan kerja baru, meski bersifat musiman.
Kondisi ini juga memberikan dorongan moral bagi para pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka. Dengan adanya lonjakan permintaan, banyak pelaku usaha menyadari pentingnya penataan booth, kemasan yang menarik, dan pelayanan yang cepat.
“Biasanya saya jualan seadanya, tapi sejak tahu bakal banyak pengunjung di tabligh akbar, saya siapkan meja lebih bagus, tambah spanduk, dan stok lebih banyak. Hasilnya memuaskan,” ujar Dini, penjual minuman rempah asal Pringgarata.
Tak hanya itu, kehadiran event besar seperti ini juga menjadi wadah belajar bagi para pelaku UMKM dalam hal manajemen usaha skala event, dari logistik, stok, hingga pengelolaan transaksi digital seperti QRIS dan e-wallet.
Banyak pelaku usaha berharap agar kegiatan tabligh akbar maupun event serupa lainnya dapat diselenggarakan secara rutin. Selain mendekatkan masyarakat kepada nilai-nilai spiritual, mereka melihatnya sebagai peluang riil untuk menopang ekonomi rumah tangga.
“Kalau bisa, acara seperti ini sebulan sekali. Kami siap ikut terus, apalagi kalau bisa difasilitasi oleh pemerintah. Kami juga ingin ikut pelatihan supaya usaha kami lebih maju,” kata Jumari, penjual aksesoris Islami yang dagangannya laris manis malam itu.
Pemerintah Provinsi NTB maupun Kota Mataram diharapkan tidak hanya menjadi penyelenggara atau pendukung acara, tetapi juga mulai memetakan dampak ekonominya, termasuk peluang untuk pengembangan wisata religi dan ekonomi syariah berbasis komunitas.
Dalam konteks pembangunan ekonomi inklusif, event tabligh akbar seperti ini membuka ruang strategis bagi pelaku UMKM untuk berkembang. Perpaduan antara kegiatan spiritual dan kegiatan ekonomi membuktikan bahwa pembangunan sosial dan ekonomi bisa berjalan beriringan, saling menguatkan.
Keterlibatan komunitas, organisasi keagamaan, pemerintah daerah, dan pelaku usaha menjadi kunci sukses acara seperti ini. Ke depan, penting untuk membangun sistem dan infrastruktur pendukung agar dampaknya bisa lebih luas dan berkelanjutan.