Lombok Tengah, Jurnalekbis.com – Panorama hijau kini membentang di atas lahan seluas 96 hektare di Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pohon-pohon produktif kembali tumbuh, mata air yang dulu mengering kini mengalir deras, dan rumah-rumah produksi rakyat berdiri kokoh sebagai simbol transformasi desa. Inisiatif ini bukan hadir tiba-tiba, melainkan hasil kolaborasi kuat antara Kelompok Tani Hutan (KTH) Bina Lestari dan PT Pertamina (Persero) dalam program sosial/">perhutanan sosial sejak 2023.
Program ini menarik perhatian nasional, Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, bersama Wakil Kepala I Badan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (BPKP), Nanik S. Deyang, datang langsung mengunjungi lokasi. Mereka ingin melihat secara dekat bagaimana sinergi antara masyarakat desa dan perusahaan energi negara mampu menciptakan dampak sosial, ekonomi, dan ekologis secara nyata.
Cerita bermula dari tahun-tahun suram ketika kawasan perbukitan Desa Tumpak nyaris tandus. Burhanudin, Ketua KTH Bina Lestari, mengenang masa-masa itu dengan pilu.
“Saya tinggalkan desa tahun 2005, dan saat itu saya masih ingat betul hutan ini sangat asri. Tapi ketika saya pulang dari Jogja tahun 2021, saya hanya melihat bukit yang berubah jadi hamparan batu. Pohon sudah tidak ada, hutan berubah seperti gurun pasir,” ungkapnya.Rabu (9/7).
Kini, kawasan tersebut telah berubah status dari hutan lindung menjadi hutan kemasyarakatan sejak 2022, memberi ruang bagi warga untuk mengelola lahan secara legal dan berkelanjutan. Pertamina masuk ke lokasi pada tahun 2023, melihat bahwa warga lokal telah memulai inisiatif pemberdayaan, pendidikan, dan pelestarian lingkungan.
“Pertamina hadir karena melihat kegiatan nyata masyarakat yang sejalan dengan visi mereka. Kami difasilitasi alat produksi, mesin otomatis, dan dukungan energi terbarukan,” kata Burhanudin.
Salah satu dampak nyata kolaborasi ini adalah hadirnya rumah produksi multifungsi yang kini menjadi pusat kegiatan ekonomi warga. Di dalam rumah produksi tersebut, masyarakat mengolah minyak kelapa menjadi VCO (Virgin Coconut Oil), memproduksi keripik pisang, hingga mengelola greenhouse untuk sayuran dan bibit tanaman.
“Dulu semua dilakukan manual, sekarang serba mesin dan zero emission. Kami juga menggunakan solar panel untuk kebutuhan listrik rumah produksi,” jelas Burhanudin.

Fasilitas tenaga surya yang disediakan Pertamina berkapasitas 6,6 kWp dengan baterai 20 kWh, mampu menghemat biaya listrik hingga Rp14 juta per tahun serta mengurangi emisi karbon sebanyak 8,59 ton CO2eq per tahun.
Dalam kunjungan tersebut, Mochamad Iriawan dan Nanik S. Deyang tak hanya melihat-lihat. Mereka mencoba langsung kelapa yang akan diolah menjadi VCO dan membeli sejumlah produk inovatif buatan warga. Keduanya juga ikut menanam pohon buah-buahan sebagai simbol dukungan terhadap program reforestasi berkelanjutan yang tengah berjalan.
Tak lupa, mereka juga menikmati hasil panen dari greenhouse milik kelompok tani. Sayuran segar hasil dari pertanian ramah lingkungan menjadi bukti nyata bahwa program ini telah berdampak hingga ke piring makan masyarakat.
Hingga pertengahan 2025, tercatat program ini telah menciptakan tiga jenis pekerjaan baru, terutama di sektor pertanian, peternakan, dan pengolahan hasil hutan. Lebih dari 130 kepala keluarga dari dua dusun di sekitar Desa Tumpak kini telah terlibat aktif dalam berbagai aktivitas produktif.
“Sebelumnya ibu-ibu di sini tidak bekerja, sebagian besar menjadi TKI ke Malaysia atau Arab Saudi. Tapi sekarang mereka bisa bekerja di kampung sendiri dan bahkan berpenghasilan setara UMR,” kata Burhanudin.
Program ini juga menghasilkan bibit pohon buah-buahan dengan kapasitas hingga 30.000 bibit per musim, yang sebagian besar dipasarkan ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, menjadikan desa sebagai penyangga penting dalam rantai pasok hijau.
Sektor peternakan juga tidak luput dari perhatian. Selain sebelumnya telah ada program ternak sapi, kini peternakan kambing menjadi fokus karena waktu produksi yang lebih cepat dan biaya perawatan yang lebih ringan.
“Enam bulan saja sudah bisa panen hasilnya. Ini sangat cocok untuk perputaran ekonomi masyarakat,” kata Burhanudin.
Dukungan Pertamina yang dimulai intensif sejak 2024 itu juga menyasar pelatihan, permodalan, dan fasilitasi akses pasar, membuat ekonomi desa semakin kuat dan terhubung dengan sektor pariwisata serta perdagangan regional.
Kini, Desa Tumpak tak hanya menjadi tempat produksi dan konservasi. Ia berubah menjadi pusat pembelajaran lingkungan dan ekowisata, di mana para pelajar dari dalam dan luar negeri datang untuk belajar langsung.
“Banyak pelajar dari Prancis datang ke sini. Mereka belajar tentang lingkungan, produksi ramah energi, dan model ekonomi desa berkelanjutan,” ujar Burhanudin.
Generasi muda setempat juga terlibat aktif. Anak-anak sekolah kini belajar langsung di lapangan mengenai pentingnya menjaga hutan, siklus air, dan pengelolaan limbah. Hal ini menunjukkan keberhasilan program dalam menyatukan aspek ecology, economy, dan education secara nyata.