Mataram, Jurnalekbis.com — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong peran strategis Balai Kemasan dalam memperkuat hilirisasi industri kecil menengah (IKM), khususnya untuk menopang kebutuhan suplai bumbu dasar skala besar bagi program MBG. Upaya ini diarahkan agar produk lokal tidak hanya berhenti di produksi, tetapi mampu masuk ke rantai pasok industri dan konsumsi massal dengan standar kemasan yang memadai.
Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti, SE., ME, mengatakan Balai Kemasan NTB memiliki kesiapan infrastruktur, termasuk rumah kemasan steril, untuk mendukung kebutuhan tersebut. Menurutnya, kemasan menjadi kunci penting agar produk bumbu dasar IKM dapat diterima pasar dalam skala besar dan berkelanjutan.
“Oh iya, nanti salah satu rumah kemasan steril itu ya. Kita ada komitmen untuk bekerja sama dengan APJI,” kata Nuryanti dalam keterangannya, menegaskan keterlibatan Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) sebagai salah satu mitra strategis dalam penyerapan produk.
Ia menjelaskan, selain APJI, sejumlah asosiasi dan pelaku industri seperti IPEMI NTBmaupun IWAPI NTB juga berpotensi menjadi konsumen utama yang membutuhkan bumbu dasar sebagai bahan awal produksi. Kebutuhan ini dinilai sejalan dengan kapasitas IKM lokal yang selama beberapa tahun terakhir telah mendapatkan pembinaan.
“APJI maupun IPM atau IWP itu yang akan menjadi konsumen, mereka membutuhkan bumbu dasar dalam pemulaan,” ujarnya.
Nuryanti menyebutkan, sejak 2024 hingga 2025, Dinas Perindustrian NTB secara konsisten telah melatih IKM-IKM lokal untuk memproduksi bumbu dasar dengan kualitas yang terstandar. Pelatihan tersebut mencakup proses produksi, kebersihan, hingga konsistensi rasa agar produk siap masuk ke pasar yang lebih luas.
“Nah sekarang tinggal dikemas dalam standar yang 5 kilo,” jelasnya.
Standar kemasan 5 kilogram ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan program MBG, yang membutuhkan suplai bahan baku dalam jumlah besar dan konsisten. Dengan skala kemasan yang lebih besar, biaya logistik dan produksi dinilai lebih efisien, sekaligus meningkatkan daya saing produk lokal dibandingkan produk luar daerah.
Ia menambahkan, optimalisasi Balai Kemasan steril juga diharapkan mampu kembali menggeliatkan aktivitas industri pengolahan di NTB. Tidak hanya fokus pada produk akhir untuk konsumen langsung, tetapi juga menyasar pasar industri sebagai end-user strategis.
“Insyaallah nanti Balai Kemasan steril juga akan bisa menggeliat, di samping kita memproduksi end-user strategis,” katanya.
Lebih lanjut, Nuryanti menegaskan bahwa bumbu dasar memiliki peran yang sangat penting dalam rantai pasok industri pangan. Dengan ketersediaan bumbu lokal yang memadai, pelaku usaha tidak perlu lagi bergantung pada pasokan dari luar daerah.
“Bumbu juga menjadi sangat penting untuk supply. Mereka tinggal pakai bumbu-bumbu, kita sudah siapkan,” tutupnya.
Langkah ini diharapkan tidak hanya memperkuat hilirisasi industri di NTB, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi IKM lokal, sekaligus mendukung kemandirian daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan dan industri.












