Mataram – Kantor Perwakilan jurnalekbis.com/tag/bank/">Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat memastikan strategi pengendalian inflasi dengan konsep 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) pada tahun 2024 ini.
Deputi Kepala Perwakilan BI NTB, Winda Putri Listya menegaskan, Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB terus bersinergi dalam berbagai program pengendalian inflasi. Koordinasi intensif dilakukan melalui High Level Meeting dan Rapat Koordinasi baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
“Berbagai upaya seperti pasar/">Operasi Pasar, Gerakan Pangan Murah, serta sinergi kegiatan lainnya terus dilakukan dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, termasuk perluasan Kerjasama Antar Daerah dan Gerakan Tanam Cabai,” kata Winda.
Winda juga menyampaikan , dalam rangka mendorong realisasi investasi dan ekspor non-tambang, Regional Investor Relation Unit Bank Indonesia Provinsi NTB bersama dengan “NTB Genjot Ekspor” dan Tim Promosi Ekonomi Daerah telah melakukan berbagai fasilitasi dan promosi proyek maupun komoditas unggulan daerah ke pasar internasional.
“Laju inflasi NTB pada tahun 2023 diprakirakan berada dalam target sasaran 3±1%, dan akan lebih terkendali pada tahun 2024 dengan target sasaran 2,5±1%. Meski demikian, terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai. Gejolak geopolitik global masih berpotensi menimbulkan gangguan dari sisi supply dan mendorong tekanan inflasi,” sebut Winda.
Dari sisi domestik, Winda menekankan perlunya terus mendorong produktivitas hasil pertanian di tengah tantangan alih fungsi lahan. Termasuk tindak lanjut hilirisasi khususnya komoditas tembaga, di tengah dinamika kebijakan pelarangan ekspor dan operasional smelter yang diperkirakan masih terbatas.
Bank Indonesia NTB tetap berkomitmen untuk menghadapi dan mengatasi tantangan tersebut dengan melanjutkan strategi 4K sebagai landasan kebijakan dalam pengendalian inflasi di wilayah tersebut.
Sebagaimana diketahui, inflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus mengalami kenaikan dalam jangka waktu tertentu. Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan, peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
Dampak inflasi seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang sehingga membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.