jurnalekbis.com/wp-content/uploads/2023/09/2-virus-nipah-shutterstock-250x190.jpg" alt="" width="192" height="146" />JE- – Virus nipah, yang menewaskan seorang anak berusia 12 tahun di Kerala, India, pada Minggu (5/9/2021), menjadi perhatian dunia kesehatan. Virus ini memiliki potensi untuk menjadi ancaman serius pandemi baru di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.
Virus nipah (NiV) adalah virus zoonosis yang di tularkan dari hewan seperti kelelawar buah atau rubah terbang ke manusia. Virus ini juga dapat menular melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antarmanusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus ini dapat menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi asimtomatik (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis fatal1.
Ensefalitis adalah peradangan pada otak yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran, dan koma. Tingkat kematian akibat virus nipah di perkirakan antara 40% hingga 75%, tergantung pada kemampuan surveilans epidemiologi dan penanganan klinis di setiap wabah.
Virus nipah pertama kali di temukan pada 1999 di Malaysia, saat menyerang peternak babi dan menyebabkan kerugian ekonomi signifikan. Sejak itu, virus ini telah menyebabkan beberapa wabah di Bangladesh dan India, dengan penularan dari manusia ke manusia melalui kontak dekat dengan sekresi dan ekskresi orang yang terinfeksi1.

Pada tahun 2001, penularan virus nipah juga di laporkan dalam pengaturan perawatan kesehatan di Siliguri, India, dengan 75% kasus terjadi di antara staf rumah sakit atau pengunjung.
Dari tahun 2001 hingga 2008, sekitar setengah dari kasus yang di laporkan di Bangladesh disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia melalui pemberian perawatan kepada pasien yang terinfeksi.
Saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus nipah, baik untuk manusia maupun hewan. Pengobatan utama untuk manusia adalah perawatan suportif. WHO menetapkan virus nipah sebagai salah satu penyakit prioritas yang membutuhkan penelitian dan pengembangan yang dipercepat.
Untuk mencegah penularan virus nipah, WHO merekomendasikan beberapa langkah berikut:
Menghindari kontak langsung dengan kelelawar buah atau rubah terbang dan hewan lain yang mungkin terinfeksi.
Menghindari konsumsi buah-buahan mentah atau produk buah-buahan (seperti jus kurma) yang mungkin terkontaminasi dengan air liur atau urin dari kelelawar buah.
Menggunakan alat pelindung diri saat merawat orang yang dicurigai atau di konfirmasi terinfeksi virus nipah.
Melakukan praktik kebersihan tangan yang baik dan menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit.
Melaporkan gejala awal seperti demam, sakit kepala, batuk, sesak napas, atau gangguan saraf kepada petugas kesehatan.