Mataram, Jurnalekbis.com – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan dorong penguatan dalam meningkatkan literasi keuangan, khususnya bagi kaum perempuan. Hal ini sejalan dengan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, di mana perempuan memegang peranan sentral sebagai pilar keluarga. Sinergi antara pemerintah daerah dan lembaga keuangan seperti BTPN Syariah menjadi kunci dalam mencapai tujuan mulia ini.
Wakil Gubernur NTB, Hj. Indah Dhamayanti Putri, menyampaikan apresiasinya terhadap peran BTPN Syariah dalam mendorong literasi keuangan di wilayahnya. “Alhamdulillah ya, dengan apa yang terus terjalin, BTPN Syariah ini membuat Nusa Tenggara Barat ini lebih dikedepankan terkait literasi keuangan,” ujarnya. Jumat (16/5).
Lebih lanjut, Wagub menekankan bahwa mayoritas nasabah BTPN Syariah di NTB adalah pengusaha tingkat bawah, ibu-ibu rumah tangga, dan ibu-ibu kepala keluarga. “Mereka dengan ketaatannya kemudian kepercayaan yang diberikan bisa terus meningkat pinjaman yang mereka dapatkan dan itu terus mereka sampaikan sehingga nasabah di Nusa Tenggara Barat ini menyebar tidak hanya di ibu kota provinsi, tapi juga di 10 kabupaten kota yang ada,” jelasnya.
Indah Dhamayanti Putri berharap langkah-langkah baik yang telah diterapkan oleh BTPN Syariah Syariah dapat diikuti oleh perbankan lainnya. Pemerintah Provinsi NTB sendiri, sejak awal kepemimpinan, telah mengedepankan pemberdayaan perempuan. Implementasi kebijakan ini diharapkan akan terlihat lebih konkret seiring dengan pergeseran anggaran untuk pelaksanaan APBD tahun berjalan.
“Banyak ya tentunya di awal pemerintahan ini melalui pergeseran dan efisiensi kami dan Pak Gubernur tetap mengedepankan bahwa tidak hanya OPD yang menangani perempuan yang menganggarkan untuk pemberdayaan perempuan, tetapi terkait dengan perempuan dan anak kami mewajibkan semua OPD untuk mengedepankan program yang berpihak kepada perempuan,” tegasnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, Rudy Sulistyo, turut memberikan pandangannya terkait perkembangan literasi keuangan. “Jadi kalau untuk terkait dengan literasi secara nasional saat ini tumbuh ya, tumbuh 1% dari 65% ke 66%. Nah, hal ini mencerminkan bahwa literasi ini makin lama makin bagus. Harapan kita nanti ke depan bisa sampai dengan 90%,” ungkapnya.
Sebuah tren menarik terungkap bahwa pada tahun ini, tingkat literasi perempuan secara nasional justru lebih tinggi dibandingkan laki-laki. “Kalau yang kemarin itu laki-laki literasi lebih tinggi, untuk tahun ini perempuan literasinya lebih tinggi se-Indonesia,” kata Rudy.

Meskipun survei literasi di NTB yang dilakukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) belum sampai pada detail gender, hasil rilis terbaru di bulan Mei menunjukkan tren positif. “Karena kalau di NTB surveinya kemarin gak sampai detail sampai there karena kami literasinya bareng, surveinya dengan BPS yang baru aja kemarin dirilis di Mei dan hasilnya seperti jadi tingkat literasi perempuan sekarang jauh lebih tinggi terus,” jelas Kepala OJK NTB.
Direktur BTPN Syariah , Dwiyono Bayu Winantio, menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan memang menjadi fokus utama perseroan. “Ya, baik seperti yang Ibu sampaikan bahwa sebetulnya perempuan itu kan selain jadi ujung tombak, itu kan menjadi salah satu pilar keluarga yang penting. Kenapa kita bilang keluarga yang penting? Karena pengelolaan keuangan, pengelolaan rumah tangganya sepenuhnya ada di ibu-ibu,” paparnya.
Dwiyono menambahkan bahwa perempuan memiliki keunggulan dalam hal ketaatan pembayaran, pelaksanaan rencana, dan memiliki mimpi yang jelas. “Satu sisi, ibu-ibu itu lebih apa namanya, lebih taat dalam melakukan pembayaran, taat melakukan eksekusi rencana-rencana, dan punya mimpi yang jelas. Dari situ BTPN Syariah mencoba untuk mewujudkan mimpinya lebih cepat dan lebih tepat,” ujarnya.
Strategi BTPN Syariah yang menyasar perempuan sebagai nasabah utama bukan berarti mengabaikan peran laki-laki dalam keluarga. “Makanya kenapa kita selalu masuk dari perempuan, walaupun pada akhirnya pihak-pihak suami atau laki-laki di rumahnya juga wajib mengetahui apa yang kita lakukan bersama-sama,” imbuh Dwiyono.
Lebih lanjut, Dwiyono mengungkapkan data yang sangat menggembirakan mengenai tingkat produktivitas nasabah BTPN Syariah di NTB. “Kalau bicara dari nasabah BTPN Syariah , seperti yang saya sampaikan tadi, dari seluruh nasabah kita yang ada di daerah di Nusa Tenggara Barat itu 92 persennya semua nasabah produktif, artinya nasabah yang benar-benar meningkatkan usahanya dari waktu ke waktu dan selalu berkembang,” ungkapnya.
Tingkat produktivitas yang tinggi ini diukur secara berkala melalui berbagai indikator kesejahteraan keluarga. “Kenapa kita bisa bilang 91 lebih, 90% lebih? Karena setiap tahun nasabah-nasabah kita selalu kita ukur ya kenapa namanya? Ke kesehatan keluarganya, kemapanan keluarganya dari 10 faktor utama. Dari itu kita bisa lihat tuh perkembangan dari anak sekolah, bahan bakar yang dipakai, motor yang dia punya, atap rumah yang dia gunakan. Sekarang kita coba ukur jadi, jadi kesejahteraan menjadi akhir dari pengalihan kita,” jelas Dwiyono.
Bagi BTPN Syariah , pemberdayaan nasabah bukan hanya soal memberikan pembiayaan, tetapi juga mencakup akses ke pemberdayaan dan pasar. “Jadi BTPN Syariah itu tidak semata-mata hanya memberikan pembiayaan saja, tapi pemberdayaan menjadi pilar penting juga di kita. Sehingga kita punya tiga akses tadi: akses keuangan, akses pemberdayaan, dan akses pasar,” pungkas Dwiyono.