Lombok Barat, Jurnalekbis.com – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas pangan/">Ketahanan Pangan kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas harga pangan jelang Hari Raya Idul Adha. Bertempat di halaman depan Kantor Desa Banyumulek, Lombok Barat, Gerakan Pangan Murah (GPM) dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari instansi pemerintahan hingga pelaku usaha ritel modern. Kegiatan ini pun disambut antusias oleh warga setempat yang merasakan langsung manfaat dari program tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa kegiatan GPM ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Idul Adha.
“Kita di Dinas Ketahanan Pangan berusaha menyediakan komoditas kebutuhan masyarakat sehari-hari di bawah harga pasar terutama momentum HKBN Hari Raya Idul Adha,” ujar Aidy Furqan dalam keterangannya kepada media.
Langkah ini dinilai penting mengingat pada periode menjelang hari besar keagamaan, permintaan terhadap bahan pokok cenderung meningkat yang berpotensi menyebabkan lonjakan harga. Dengan adanya GPM, masyarakat dapat memperoleh bahan pangan pokok dengan harga lebih terjangkau, tanpa mengorbankan kualitas produk.
Dalam kegiatan GPM di Banyumulek, masyarakat dapat membeli berbagai komoditas pokok seperti beras, minyak goreng, gula, telur, daging, hingga ikan segar dan sayur mayur, dengan harga yang lebih murah dibanding harga di pasar tradisional. Salah satu pengunjung, Ibu Endang, mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.
“Selain harganya murah, kualitasnya juga baik, beda dua ribuan dengan yang di pasar. Mudahan bisa sering disini karena sangat membantu masyarakat,” ungkapnya.
Perbandingan harga memang menjadi daya tarik utama dalam program ini. Misalnya, harga beras premium di pasar umum bisa mencapai Rp14.000 per kg, namun di GPM hanya dijual sekitar Rp12.000. Minyak goreng yang biasanya dijual Rp16.000 per liter, di sini hanya Rp14.000. Hal ini membuat warga berbondong-bondong memanfaatkan kesempatan langka ini.
Keberhasilan GPM ini tidak terlepas dari dukungan dan kolaborasi berbagai pihak. Menurut keterangan dari Dinas Ketahanan Pangan NTB, kegiatan ini melibatkan stakeholder penting seperti Bulog, Bank Indonesia (BI), PUPM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, perdagangan/">Dinas Perdagangan, ID Food, serta jaringan ritel modern seperti Niaga Supermarket, Ruby Supermarket, MGM Supermarket, dan Alfamart.

Keterlibatan Bulog menjadi penting karena mereka memiliki peran dalam penyediaan dan penyaluran bahan pangan strategis, seperti beras dan gula. Sementara itu, Bank Indonesia turut mendukung program ini dari sisi penguatan ekosistem pembayaran non-tunai dan edukasi keuangan digital kepada masyarakat.
Lebih jauh, Aidy Furqan menegaskan bahwa kegiatan seperti ini bukan hanya bentuk layanan langsung ke masyarakat, tetapi juga menjadi sarana evaluasi program ketahanan pangan secara menyeluruh.
“Dengan mereka berbelanja seperti ini, kita tahu seberapa banyak kebutuhan masyarakat dan apa saja yang menjadi permasalahan kebutuhan yang mereka rasakan masih sulit. Sehingga Dinas Ketahanan Pangan mencari opsi dan solusi agar program berikutnya tidak boleh terulang,” tegasnya.
Dengan kata lain, GPM menjadi parameter evaluatif bagi pemerintah dalam mengukur efektivitas program-program sebelumnya dan menyusun langkah lanjutan yang lebih tepat sasaran.
Kepala Desa Banyumulek, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan apresiasi kepada Pemprov NTB atas inisiatif penyelenggaraan GPM di wilayahnya. Ia menyebut kegiatan ini sangat positif bagi masyarakat, terutama kelompok rentan dan berpenghasilan rendah.
“Kami merasa sangat terbantu. Terlebih menjelang Hari Raya Idul Adha, kebutuhan rumah tangga biasanya meningkat. Ini solusi nyata dari pemerintah untuk masyarakat,” ucapnya.
Dukungan dari pemerintah desa dalam hal logistik, mobilisasi warga, hingga penyediaan fasilitas turut menyukseskan pelaksanaan GPM. Ini menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan desa merupakan kunci keberhasilan program-program kerakyatan.
Melihat tingginya antusiasme warga dan manfaat ekonomi yang dihasilkan, banyak pihak berharap agar program serupa dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyebar ke wilayah lainnya di NTB.
Beberapa tokoh masyarakat yang ditemui menyampaikan harapannya agar GPM menjadi agenda rutin, minimal setiap menjelang HBKN. Selain membantu masyarakat, GPM juga dinilai mampu menggerakkan roda ekonomi lokal karena melibatkan UMKM sebagai penyedia produk.
Tak hanya itu, GPM juga dapat dijadikan sebagai alat kontrol pasar agar harga-harga kebutuhan pokok tidak melambung tinggi di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil pascapandemi dan gejolak global.
Menurut data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per Mei 2025, harga sejumlah komoditas di NTB cenderung mengalami kenaikan menjelang Idul Adha. Misalnya:
Beras premium: Rp14.200/kg
Telur ayam ras: Rp32.000/kg
Minyak goreng curah: Rp15.500/liter
Cabai merah keriting: Rp42.000/kg
Namun di GPM Banyumulek, sejumlah komoditas ini dijual dengan selisih harga antara Rp1.500–Rp3.000 lebih murah dari rata-rata pasar. Ini merupakan bukti konkret upaya stabilisasi harga oleh pemerintah.
