Mataram, Jurnalekbis.com – Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat Kota Mataram dan wilayah sekitarnya dihebohkan dengan isu kelangkaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi 3 kg. Isu ini mencuat setelah momen Idul Adha yang jatuh pada tanggal 6 Juni 2025. Banyak warga yang mengaku kesulitan mendapatkan LPG 3 kg di pangkalan-pangkalan resmi, memicu kekhawatiran dan spekulasi tentang terganggunya distribusi bahan bakar rumah tangga tersebut.
Menanggapi keresahan ini, pihak Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus melalui Sales Area Nusa Tenggara Barat (NTB) segera turun tangan untuk melakukan investigasi lapangan. Dari hasil pengecekan di berbagai agen dan pangkalan LPG di wilayah Mataram, diketahui bahwa stok LPG 3 kg sebenarnya masih dalam kondisi aman. Namun, permintaan yang melonjak tajam membuat tabung gas cepat habis setiap kali didistribusikan ke pangkalan.
Menurut Ahad Rahedi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, tingginya konsumsi LPG 3 kg pasca-Idul Adha merupakan penyebab utama terjadinya kelangkaan semu di Kota Mataram dan sekitarnya. Tidak hanya karena kebutuhan rumah tangga yang meningkat untuk memasak daging kurban, tapi juga karena momen libur panjang yang bersamaan dengan perayaan keagamaan tersebut.
“Sepekan setelah perayaan Idul Adha, permintaan LPG masih tinggi di Kota Mataram dan sekitarnya. Lonjakan konsumsi ini terjadi karena penggunaan LPG 3 kg meningkat saat perayaan dan libur panjang, serta banyaknya hajatan seperti pernikahan yang digelar warga,” ujar Ahad, Rabu (11/6).
Ahad juga menyebutkan bahwa selama periode tersebut, banyak wisatawan datang ke Lombok, termasuk Kota Mataram, yang ikut mendongkrak permintaan LPG 3 kg, terutama di sektor informal yang sering kali tidak terdata secara resmi.
Kondisi yang ditandai dengan permintaan tinggi ini diperparah oleh fenomena panic buying atau pembelian berlebihan oleh masyarakat karena khawatir kehabisan stok. Hal ini menyebabkan tabung LPG 3 kg cepat habis di pangkalan, bahkan hanya dalam hitungan jam setelah pengiriman.

“Banyak warga yang membeli lebih dari kebutuhan sehari-hari karena khawatir tidak kebagian. Padahal, stok yang disiapkan oleh Pertamina sebenarnya masih dalam batas aman,” jelas Ahad.
Panic buying juga memicu persepsi di masyarakat bahwa LPG langka, meskipun distribusi masih berjalan normal. Selain itu, sebagian warga rela mencari tabung gas hingga ke luar kota demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, yang pada akhirnya memperparah distribusi tidak merata.
Mengetahui situasi ini, Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus bergerak cepat. Mereka telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengatasi lonjakan permintaan dan menstabilkan distribusi LPG bersubsidi.
Salah satu langkah utama yang diambil adalah penyaluran fakultatif, yaitu distribusi tambahan yang melebihi kuota harian. Penyaluran ini telah dilakukan sejak pekan lalu untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi selama Idul Adha dan libur panjang.
“Kami sudah menyalurkan fakultatif hingga 98% dari rata-rata harian. Totalnya mencapai lebih dari 20 ribu tabung untuk wilayah Mataram dan sekitarnya,” kata Ahad.
Penyaluran ini dilakukan melalui koordinasi intensif dengan pemerintah daerah, memastikan bahwa jumlah LPG tambahan sesuai dengan estimasi kebutuhan masyarakat.
Dalam proses distribusinya, Pertamina juga menerapkan pembatasan kepada pengecer, hanya memperbolehkan mereka membeli 10% dari alokasi pangkalan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa konsumen rumah tangga langsung menjadi prioritas utama.
“Pangkalan lebih didorong untuk melayani konsumen langsung dibanding pengecer, agar distribusi LPG 3 kg bisa tepat sasaran dan adil,” tegas Ahad.
Namun, kebijakan ini tidak serta merta menyelesaikan masalah, karena dalam praktiknya masih banyak pengguna di sektor non-rumah tangga seperti rumah makan (Horeka), usaha peternakan, dan industri kecil yang turut menggunakan LPG bersubsidi. Padahal, sesuai aturan, mereka seharusnya menggunakan LPG nonsubsidi seperti Bright Gas 5,5 kg atau 12 kg.
Sebagai langkah antisipatif berikutnya, Pertamina juga telah menyiapkan ekstra dropping, yaitu penyaluran tambahan LPG 3 kg di luar jadwal distribusi reguler. Langkah ini diambil agar stok LPG 3 kg tetap tersedia di tengah kondisi permintaan yang tidak biasa.
Ahad juga mengimbau masyarakat agar membeli LPG sesuai peruntukan dan tidak berlebihan.
“Kami minta masyarakat tidak membeli LPG 3 kg dalam jumlah berlebihan atau menimbun. Jika pembelian dilakukan sesuai kebutuhan, maka stok akan tetap tersedia untuk semua,” ujarnya.
Selain itu, Ahad menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor, baik pemerintah daerah, aparat penegak hukum, maupun pihak swasta, untuk memastikan bahwa subsidi LPG benar-benar tepat sasaran.