Gaya Hidup

Lapas Lombok Barat Tunjukkan Toleransi Lewat Ibadah WBP

×

Lapas Lombok Barat Tunjukkan Toleransi Lewat Ibadah WBP

Sebarkan artikel ini
Lapas Lombok Barat Tunjukkan Toleransi Lewat Ibadah WBP
Kunjungi Sosial Media Kami

Lombok Barat, Jurnalekbis.com – Komitmen untuk menjamin hak beragama dan pembinaan spiritual terus ditunjukkan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Lombok Barat. Melalui fasilitas ibadah yang tersedia dan dukungan penuh dari pihak lapas, warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari berbagai latar belakang agama dapat menjalankan kegiatan keagamaannya dengan aman dan nyaman, termasuk bagi umat Hindu.

Setiap pagi, ratusan WBP beragama Hindu menjalankan persembahyangan di Pura Padmasana Bajra Satwa, sebuah tempat ibadah yang dibangun khusus di dalam lingkungan Lapas. Tempat ini tidak hanya menjadi sarana pelaksanaan ibadah, tetapi juga sebagai ruang refleksi diri dan pembinaan mental-spiritual bagi para warga binaan.

Dalam upaya memperkuat pembinaan yang holistik, Kepala Lapas Kelas IIA Lombok Barat, M. Fadli, menegaskan bahwa kegiatan kerohanian merupakan salah satu prioritas utama dalam program pemasyarakatan.

“Alhamdulillah, setiap pagi kami dan rekan-rekan warga binaan umat Hindu bisa melakukan sembahyang rutin di pura Lapas Lombok Barat,” ujar Fadli pada Selasa, 17 Juni 2025.

Menurut Fadli, keberadaan fasilitas ibadah tidak hanya penting untuk menjaga semangat keagamaan para WBP, tetapi juga sebagai bagian dari proses rehabilitasi mental yang bertujuan agar para narapidana dapat menjalani masa hukuman dengan lebih produktif dan penuh kesadaran.

Baca Juga :  Local villager working for better life

“Kami berharap kegiatan kerohanian ini membawa perubahan positif secara spiritual, sehingga ketika bebas nanti mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik,” tambahnya.

Lapas Kelas IIA Lombok Barat saat ini menampung sekitar 1.900 warga binaan, yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, budaya, dan agama. Dari jumlah tersebut, tercatat 111 orang merupakan warga binaan beragama Hindu.

Mereka diberikan akses penuh untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan. Fasilitas yang disediakan tidak hanya berupa pura, tetapi juga pendampingan dari penyuluh agama dan kerja sama dengan lembaga keagamaan eksternal, guna memperkaya kegiatan spiritual yang dijalankan di dalam lapas.

Selain umat Hindu, warga binaan dari agama lain seperti Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha juga mendapatkan hak yang sama untuk melaksanakan ibadah. Hal ini menjadi bukti bahwa Lapas Lombok Barat benar-benar mendorong kerukunan antar umat beragama di dalam tembok pemasyarakatan.

Pura yang terletak di dalam kompleks Lapas Lombok Barat ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol toleransi dan pembinaan karakter. Setiap pagi, warga binaan Hindu memulai hari dengan sembahyang sebagai bentuk kedekatan spiritual dan introspeksi.

Baca Juga :  Uang Gaji Habis Terus? Ini 7 Penguras Dompet Tanpa Sadar!

Dengan latar belakang tembok tinggi dan suasana yang jauh dari hiruk pikuk dunia luar, pura ini justru menjadi tempat yang hening dan sakral untuk membina ketenangan batin para narapidana. Dari sinilah harapan akan perubahan tumbuh—yakni agar para warga binaan menemukan makna baru dalam hidup, meski berada di balik jeruji besi.

Dalam dunia pemasyarakatan modern, pendekatan berbasis spiritual menjadi elemen penting dalam proses rehabilitasi narapidana. Menurut berbagai studi, kegiatan keagamaan terbukti mampu menurunkan tingkat stres, mengurangi konflik antarnarapidana, serta meningkatkan rasa optimisme dan introspeksi diri.

Lapas Lombok Barat memanfaatkan pendekatan ini untuk mendukung program reintegrasi sosial. Ketika narapidana mendapatkan ruang untuk memperkuat iman dan nilai moral, maka peluang untuk kembali menyimpang setelah bebas akan semakin kecil.

“Kami ingin Lapas bukan hanya menjadi tempat untuk menjalani hukuman, tetapi juga tempat untuk memperbaiki diri. Ibadah adalah salah satu jalannya,” ujar Fadli.

Baca Juga :  Ajang Collabonation IM3 Hadir di Lombok, Cari Musisi Muda Berbakat

Menariknya, kehidupan keberagaman di Lapas Lombok Barat berjalan dengan harmonis. Di tengah keberagaman keyakinan, tidak pernah tercatat adanya gesekan antar kelompok agama. Hal ini tercipta karena pendekatan dialogis dan edukatif yang diterapkan petugas lapas.

Setiap kelompok agama diberikan waktu dan ruang yang seimbang untuk beribadah. Bahkan, dalam momen-momen besar keagamaan, semua kelompok diberikan kesempatan merayakan hari besar dengan melibatkan unsur lintas agama sebagai bentuk penghormatan.

Inisiatif seperti ini dinilai tidak hanya memperkuat kebersamaan di dalam lapas, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai toleransi dan solidaritas yang akan berguna ketika WBP kembali ke tengah masyarakat.

Keberhasilan program kerohanian di Lapas Lombok Barat juga tidak lepas dari dukungan eksternal. Lapas bekerja sama dengan Kementerian Agama, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), serta lembaga keagamaan lain yang rutin mengirimkan penyuluh atau pemuka agama ke lapas.

Mereka memberikan ceramah, pembinaan, dan bahkan pelatihan spiritual kepada warga binaan, termasuk bagi WBP Hindu yang ingin mendalami ajaran agamanya lebih serius.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *