Mataram, Jurnalekbis.com — Kinerja ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada kuartal III menunjukkan tren pemulihan yang semakin kuat. Sejumlah sektor utama seperti pertanian, perdagangan, dan konstruksi mencatat pertumbuhan positif, diikuti meningkatnya aktivitas jasa keuangan dan intermediasi perbankan. Hal tersebut disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, Rudi Sulistyo, dalam paparannya kepada media.
Menurut Rudi, hampir seluruh sektor utama yang sempat tertekan pada awal tahun mulai menunjukkan pemulihan signifikan. Sektor pertanian dan perdagangan yang menjadi tulang punggung ekonomi NTB kembali tumbuh, sementara konstruksi mulai bangkit seiring pergerakan proyek infrastruktur. Sektor jasa keuangan, yang sempat mengalami tekanan, kini berbalik mencatatkan kinerja yang disebut “positif dan lebih resili dibandingkan nasional”.
“Secara nasional kredit tumbuh sekitar 7,7%. Di NTB pertumbuhannya lebih tinggi. Intermediasi kita masih tumbuh kuat,” ujar Rudi. Selasa (2/12).
Ia menjelaskan, kredit nasional naik 7,7%, sementara NTB mencatat pertumbuhan di atas angka tersebut. Total aset perbankan di NTB kini mencapai Rp 91 triliun, didominasi oleh bank umum dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Dana pihak ketiga (DPK) di NTB juga meningkat hingga 31% dengan komposisi terbesar berasal dari tabungan.
Di sektor pembiayaan, piutang perusahaan pembiayaan meningkat meski tipis. Fokus pembiayaan masih berada pada kredit otomotif, baik sepeda motor maupun mobil. Beberapa perusahaan leasing besar tetap mencatatkan pertumbuhan, meski melambat dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, pertumbuhan pasar modal nasional juga memberi dampak ke daerah. Jumlah investor pasar modal di Indonesia mencapai 19,8 juta atau meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Nilai penawaran umum mencapai Rp 204 triliun, sementara NAB reksadana berada di kisaran Rp 623 triliun. Di NTB, jumlah investor terus bertambah menjadi lebih dari 180 ribu pemilik SID.
Sektor non-bank seperti pergadaian juga menunjukkan performa mencolok. Pegadaian swasta disebut sebagai industri dengan peningkatan paling besar. Nilai pembiayaan pergadaian di NTB kini mencapai hampir Rp 700 miliar, naik signifikan dari tahun sebelumnya.
“Masyarakat NTB memang sangat akrab dengan emas. Itu sebabnya pertumbuhan pergadaian tinggi,” kata Rudi.
OJK NTB juga menyoroti meningkatnya aktivitas lembaga keuangan ilegal. Banyak pegadaian non-resmi beroperasi, sehingga OJK akan membuka Licensing Day untuk mendorong legalisasi pelaku usaha gadai. Enam pegadaian ilegal disebut sedang dalam proses untuk mengurus izin resmi.
Selain pengawasan, OJK mencatat lebih dari 153 aduan masyarakat hingga November 2025, mayoritas terkait restrukturisasi kredit, perilaku penagihan, hingga penolakan pelunasan. Di tingkat nasional, Satgas telah menutup 11.873 pinjol ilegal sejak 2017 dan lebih dari 1.800 investasi bodong.
OJK juga memperkuat perlindungan konsumen melalui Indonesia Anti-Scam Center, yang mencatat 343 ribu laporan penipuan dengan nilai kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. Ratusan ribu rekening terkait penipuan telah diblokir.
Pada sisi inklusi keuangan, TPAKD NTB dan Lombok mendapatkan penghargaan nasional atas dukungan terhadap swasembada pangan dan perluasan akses keuangan. Program literasi keuangan OJK NTB telah menjangkau 10 kabupaten/kota dengan 77 kegiatan edukasi.
Tahun depan, OJK NTB akan fokus pada edukasi wilayah pesisir, khususnya nelayan, sebagai bagian dari upaya peningkatan inklusi dan literasi keuangan masyarakat.












