Lombok Tengah, Jurnalekbis.com – Suasana meriah menyelimuti Desa Prako, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ratusan peternak qurban-solusi-mudah-dan-nyaman-beli-hewan-kurban-di-mataram/" target="_blank" rel="noopener">kambingberkumpul dalam sebuah kontes bergengsi, mempertandingkan kambing peranakan Etawa (PE) Kaligesing terbaik mereka. Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia ini bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat beternak kambing Etawa di daerah tersebut.
Kambing PE Kaligesing dikenal memiliki postur tubuh yang besar dan produktivitas susu yang tinggi. Potensi inilah yang membuat kambing jenis ini menjadi primadona di kalangan peternak. Kontes ini diharapkan dapat menjadi ajang silaturahmi, berbagi pengetahuan, serta meningkatkan nilai jual kambing PE Kaligesing di pasaran.
“Kami ingin memperkenalkan kambing seni kepada rekan-rekan peternak yang lain,” ujar Lalu Nirwan, panitia penyelenggara. Senin (19/8).
Desa Prako, yang terkenal dengan jumlah penduduk yang banyak memelihara kambing, sempat menjadi pusat peternakan kambing di Lombok Tengah. Namun, seiring berjalannya waktu, semangat beternak kambing, terutama jenis Etawa, mulai surut.
“Desa Prako ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan peternakan kambing Etawa. Dulu, desa ini pernah menjadi pusat peternakan kambing Etawa. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan ini sempat vakum. Melalui kontes ini, kami ingin membangkitkan kembali semangat beternak kambing Etawa di desa ini,” tambahnya.

Dalam kontes ini, kambing-kambing PE Kaligesing dinilai berdasarkan beberapa kriteria, antara lain keindahan, kesehatan, dan penampilan keseluruhan. Dewan juri yang berpengalaman akan memeriksa secara detail setiap kambing mulai dari kepala, telinga, leher, hingga postur tubuh.
“Kami menggunakan regulasi dari ITB atau organisasi perkumpulan penghobi peternak kambing PE Kaligesing Nasional, ada 12 kriteria yang akan kami nilai. Misalnya, jika ada kambing yang telinganya rusak, meskipun tidak cacat permanen, nilainya akan dikurangi,” jelas Samad, salah satu dewan juri
Salah satu tantangan dalam kontes ini adalah menjaga kesehatan dan kondisi fisik kambing. Beberapa kambing mengalami penurunan kondisi kesehatan akibat stres atau kurangnya perawatan yang tepat.
“Tadi ada juga kambing yang mencret, jadi ada pengurangan nilai di bidang kesehatan dan tidak layak untuk juara,” ungkap Samad.
Kontes kambing PE Kaligesing di Lombok Tengah menawarkan berbagai kelas kompetisi, mulai dari kelas E hingga kelas A, baik untuk kambing jantan maupun betina. Hal ini memberikan kesempatan bagi peternak dengan berbagai jenis kambing untuk ikut berpartisipasi.
Kambing yang memenangkan kontes akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi, peternak dapat menjalin kerjasama dengan peternak lain dari berbagai daerah, dan dapat memperoleh pengetahuan baru tentang perawatan dan pengembangan kambing PE Kaligesing.
“ Kontes ini dapat menarik minat wisatawan dan meningkatkan perekonomian daerah,” Pungkasnya.