Jurnalekbis.com- Australia tengah mempertimbangkan untuk bergabung dalam misi penjaga perdamaian di Ukraina, mengikuti jejak beberapa negara Eropa. Langkah ini memicu reaksi keras dari Rusia, yang memperingatkan akan adanya “konsekuensi serius” jika Australia mengirimkan pasukan ke wilayah konflik tersebut.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan bahwa pemerintahnya terbuka untuk mempertimbangkan usulan pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Hal ini disampaikan setelah diskusi dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang mengusulkan pembentukan “koalisi kemauan” untuk mendukung Ukraina. Albanese menekankan bahwa meskipun Australia mendukung perdamaian di Ukraina, pengiriman pasukan penjaga perdamaian memerlukan situasi damai yang stabil sebagai prasyarat. “Negara kita mendukung Ukraina, tapi Anda tidak bisa mengirim pasukan penjaga perdamaian tanpa adanya perdamaian,” kata Albanese dalam konferensi pers.
Selain itu, Australia berencana mengirim perwakilan senior ke pertemuan kepala pertahanan di Paris untuk membahas bentuk dukungan lebih lanjut bagi Ukraina.
Rencana Australia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina mendapatkan tanggapan tegas dari Rusia. Kedutaan Besar Rusia di Canberra menyatakan bahwa langkah tersebut tidak dapat diterima dan memperingatkan akan adanya konsekuensi serius jika Australia melanjutkan rencana tersebut. Mereka menekankan bahwa pengerahan pasukan asing di Ukraina akan merusak upaya perdamaian dan Rusia tidak akan tinggal diam sebagai pengamat. “Bagi Australia, bergabung dengan Barat dalam misi yang dinamakan koalisi kemauan akan berujung pada konsekuensi serius,” demikian pernyataan Kedubes Rusia di Canberra.
Pemimpin oposisi Australia, Peter Dutton, menyatakan bahwa meskipun Canberra harus terus mendukung Ukraina, ia tidak melihat kemungkinan pengiriman pasukan Australia ke sana. Dutton menambahkan bahwa langkah tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab negara-negara Eropa.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, menegaskan bahwa Australia tidak akan terintimidasi oleh ancaman Rusia dan akan terus mendukung Ukraina. Wong juga menekankan pentingnya Rusia untuk mengakhiri invasinya ke Ukraina.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina tiga tahun lalu, Australia telah memberikan dukungan signifikan kepada Ukraina, termasuk bantuan militer dan kemanusiaan. Total bantuan yang diberikan mencapai lebih dari $1,5 miliar.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, bersama dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengusulkan pembentukan “koalisi kemauan” yang terdiri dari sekitar 30.000 pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Eropa. Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung Ukraina dan mencegah agresi lebih lanjut dari Rusia.
Di tengah pembahasan mengenai pengiriman pasukan penjaga perdamaian, situasi di Ukraina tetap tegang. Rusia baru-baru ini melancarkan serangan ke wilayah Donetsk, menewaskan sedikitnya 11 orang. Serangan ini terjadi saat Amerika Serikat menghentikan bantuan militer dan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.