Lombok Utara, Jurnalekbis.com– Peristiwa tragis menimpa seorang kru kapal cepat yang tengah bertugas di jalur laut Padang Bai – Gili Trawangan. Seorang pria berinisial MS (31), warga Dusun Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, dilaporkan meninggal dunia akibat tersengat listrik saat kapal berada di tengah laut, Selasa (29/4/2025) sore.
Peristiwa ini sontak menggegerkan jajaran Sat Polairud Polres Lombok Utara dan otoritas pelayaran setempat. Saat kejadian, kapal cepat (past boat) yang mengangkut sejumlah wisatawan asing itu tengah berada sekitar 7 mil dari Perairan Gili Trawangan ketika ombak besar menghantam bagian kapal.
Kapolres Lombok Utara, AKBP Agus Purwanta, melalui Kasat Polairud AKP Sugi Jaya, S.H., mengungkapkan bahwa pihaknya mendapatkan informasi awal dari petugas KPLP Kelas II Pemenang. Tim jaga Sat Polairud segera dikerahkan untuk melakukan pengecekan langsung ke kapal yang bersandar di Pelabuhan Teluk Nare, Kecamatan Pemenang.
Menurut kronologi yang disampaikan saksi mata, kejadian bermula saat kapal cepat berlayar dari Padang Bai, Bali menuju Gili Trawangan dengan kapten kapal bernama I Dewa Buana. Sekitar pukul 15:30 Wita, kapal dihantam ombak besar, menyebabkan cipratan air laut menyembur hingga ke deck atas kapal.
Di area itu, korban MS sedang duduk bersama dua rekannya, Nengah Arta dan Nengah Sudiarta, serta beberapa wisatawan mancanegara yang berada di bagian depan atas deck.
“Saat air laut sampai ke deck, korban memegang reling kapal yang ternyata masih dialiri listrik karena genset belum dimatikan. Akibatnya, korban langsung tersengat listrik dan terpental, lalu kembali memegang reling yang masih aktif arusnya. Ia pun tak sadarkan diri,” ujar AKP Sugi Jaya.
Melihat kondisi MS yang tak bergerak, seorang kru kapal, Gede Budiasa, dengan cepat mematikan genset kapal. Upaya pertolongan pertama pun segera dilakukan oleh beberapa kru dan tamu kapal, termasuk resusitasi jantung dengan teknik pemompaan dada.
Namun, semua usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Korban tetap tidak merespons.

Kapten kapal I Dewa Buana segera memutuskan untuk mengubah haluan dan berlayar menuju Pelabuhan Laut Bangsal, Lombok Utara. Sesampainya di pelabuhan, korban langsung dibawa menggunakan kendaraan sewaan menuju RSUD Tanjung untuk mendapatkan penanganan medis lanjutan.
Sayangnya, setelah dilakukan pemeriksaan intensif oleh tim medis RSUD Tanjung, korban dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17:20 Wita.
Piket jaga Sat Polairud Polres Lombok Utara langsung mengambil tindakan lanjutan, termasuk: Pemeriksaan kondisi fisik kapal di Pelabuhan Teluk Nare, Pengumpulan keterangan dari para saksi, dan Pengamanan kapal cepat (past boat) untuk keperluan investigasi lebih lanjut.
“Kapal saat ini diamankan di Teluk Nare untuk kebutuhan penyelidikan. Korban telah dibawa pulang ke kampung halamannya di Karangasem, Bali melalui Pelabuhan Lembar,” kata AKP Sugi Jaya.
Salah satu rekan kerja korban, Nengah Sudiarta, yang berada di lokasi kejadian mengaku sangat terpukul. Ia menyebut MS adalah rekan satu tim yang sudah seperti keluarga sendiri.
“Kami sedang duduk menjaga tamu di deck atas. Saat ombak datang dan air menyiram bagian atas kapal, kami semua memegang reling untuk menjaga keseimbangan. Tapi mendadak kami kesetrum,” ujarnya.
Sudiarta sendiri juga sempat terpental akibat sengatan tersebut, namun selamat.
Kesaksian serupa disampaikan oleh Nengah Arta, yang menyebut posisi dirinya sangat dekat dengan korban saat kejadian.
“Kami bertiga sedang berjaga. Cipratan air laut itu tiba-tiba membuat reling jadi menghantarkan listrik. Saya langsung terpental ke belakang, dan saat melihat ke arah MS, dia sudah jatuh dan menggigil,” ucapnya dengan nada sedih.
Sementara itu, Kapten Kapal I Dewa Buana mengonfirmasi bahwa begitu menerima laporan dari kru, ia segera mengalihkan arah kapal menuju pelabuhan terdekat untuk menyelamatkan korban.
“Ini musibah yang tidak pernah kami bayangkan. Kami berusaha maksimal menyelamatkan korban,” kata Buana.
Meski kejadian ini masih dalam tahap penyelidikan, dugaan awal menyebut adanya kelalaian dalam sistem kelistrikan kapal. Fakta bahwa genset tidak dimatikan dan reling kapal menghantarkan arus listrik saat terkena cipratan air laut menjadi perhatian serius aparat dan instansi terkait.
Polairud Lombok Utara menyatakan akan menggandeng instansi berwenang seperti Dinas Perhubungan Laut dan Syahbandar untuk melakukan audit kelistrikan dan sistem keamanan kapal. Bila terbukti ada pelanggaran prosedur keselamatan, maka pemilik dan pengelola kapal bisa dijerat dengan pasal kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.