Bisnis

Pengendalian Inflasi: BI Kembangkan Klaster Cabai di Sumbawa

×

Pengendalian Inflasi: BI Kembangkan Klaster Cabai di Sumbawa

Sebarkan artikel ini
Pengendalian Inflasi: BI Kembangkan Klaster Cabai di Sumbawa

Sumbawa, Jurnalekbis.com – Sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai dan ketersediaan pasokan, 2024/09/11/bank-indonesia-perkuat-ketersediaan-rupiah-di-sumbawa/" target="_blank" rel="noopener">Bank Indonesia (BI) terus memperluas pengembangan klaster komoditas pangan unggulan di berbagai wilayah. Terbaru, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meluncurkan klaster baru untuk komoditas cabai di Pulau Sumbawa, melalui kolaborasi dengan Kelompok Tani Ai Ramena di Desa Buin Baru, Kecamatan Buer.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, mengungkapkan bahwa pengembangan ini merupakan langkah strategis dalam mendukung stabilitas harga pangan, khususnya komoditas cabai yang sering kali menjadi pemicu utama inflasi di daerah.

“Bank Indonesia mengembangkan demplot cabai di Kelompok Tani Ai Ramena melalui penanaman cabai di lahan seluas 1 hektar,” ungkap Berry dalam keterangannya, Sabtu  (21/9).

Untuk mewujudkan pengembangan klaster ini, Bank Indonesia menerapkan beberapa tahapan strategis yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas petani dan memajukan sektor pertanian lokal. Tahapan tersebut yaitupPeningkatan Kapasitas Kelompok Tani Bank Indonesia berfokus pada peningkatan kapasitas petani melalui berbagai pelatihan.

Baca Juga :  NTB Genjot Digitalisasi Ekonomi, QRIS Jadi Andalan

“Seperti pelatihan pertanian organik, penguatan kelembagaan, hingga perubahan paradigma melalui program studi tiru. Langkah ini bertujuan agar para petani di Ai Ramena mampu mengadopsi metode pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan,” ujar Berry.

Selain itu, Menurut Berry peningkatan Akses Pasar Berry juga menekankan pentingnya akses pasar bagi petani. Bank Indonesia membantu kelompok tani menjalin hubungan dengan pedagang besar dan pelaku UMKM lokal untuk mempermudah distribusi hasil panen. Diharapkan dengan perluasan akses pasar, harga cabai yang diproduksi petani akan lebih kompetitif di pasar lokal maupun nasional.

“Peningkatan Akses Pembiayaan Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh petani adalah akses terhadap modal. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga memfasilitasi peningkatan akses pembiayaan melalui lembaga keuangan, sehingga kelompok tani dapat memperoleh modal yang diperlukan untuk meningkatkan skala usaha pertanian mereka,” ucap Berry.

Baca Juga :  Rayakan Hari Pelanggan Nasional, Pertamina Beri Diskon Khusus dan Hadiah Menarik!

Program ini diharapkan dapat berkontribusi langsung terhadap pengendalian inflasi, terutama dengan menjaga ketersediaan pasokan cabai di Pulau Sumbawa. Berry mengungkapkan, cabai merupakan salah satu komoditas yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga, dan dengan memperkuat produksi lokal, ketergantungan pada pasokan dari luar daerah dapat dikurangi.

“Kami berharap inisiasi yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia ini dapat direplikasi oleh pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya dalam pengembangan komoditas ketahanan pangan di Provinsi NTB, khususnya di Pulau Sumbawa,” kata Berry.

Selain membantu mengendalikan inflasi, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu strategi yang diterapkan adalah pengembangan pertanian organik dan optimalisasi pemanfaatan limbah serta kotoran hewan. Dengan metode ini, petani dapat menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Baca Juga :  Beras Bansos Pemerintah Dikawal Polisi di Lombok Utara, Ini Alasannya!

Berry menambahkan bahwa pertanian organik dan terintegrasi ini diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam hal pengurangan kemiskinan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

“Pertanian organik dan pertanian terintegrasi ini juga diharapkan dapat turut berkontribusi pada pengembangan Sustainable Development Goals (SDGs), pungkas Berry.

Keberhasilan pengembangan klaster cabai di Sumbawa ini menjadi langkah awal yang penting dalam pengendalian inflasi di NTB. Bank Indonesia berharap program ini bisa menjadi model yang dapat direplikasi di daerah lain untuk komoditas pangan lainnya.

Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan petani sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan program ini. Dengan strategi yang tepat, ketersediaan pasokan pangan di NTB dapat terjaga, sehingga harga komoditas pangan, khususnya cabai, tetap stabil di pasar.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *