Internasional

Rusia Gunakan Senjata Laser Silent Hunter Buatan China untuk Hadapi Ancaman Drone

×

Rusia Gunakan Senjata Laser Silent Hunter Buatan China untuk Hadapi Ancaman Drone

Sebarkan artikel ini
Rusia Gunakan Senjata Laser Silent Hunter Buatan China untuk Hadapi Ancaman Drone
Kunjungi Sosial Media Kami

Jurnalekbis.com – -Kremlin merilis rekaman yang menunjukkan penggunaan sistem senjata laser Silent Hunter 3000 oleh pasukan Rusia. Rekaman tersebut memperlihatkan unit laser bergerak yang digunakan oleh kelompok operasi khusus OSpN “Kochevnik” dalam pertempuran melawan pesawat nirawak pengintai musuh. Sistem laser ini terlihat disembunyikan di bawah jaring kamuflase sebelum digunakan, menandai konfirmasi visual pertama dari penggunaan Silent Hunter oleh Rusia.

Silent Hunter, atau Low-Altitude Laser Defending System (LASS), adalah sistem senjata laser serat optik bertenaga listrik yang dikembangkan oleh Poly Technologies, China. Sistem ini memiliki daya keluaran antara 30 hingga 100 kilowatt dan jangkauan operasional maksimum hingga 4 kilometer. Dirancang untuk menetralkan target udara kecil yang terbang rendah, seperti drone, Silent Hunter mampu membakar melalui lima lapisan pelat baja 2mm pada jarak 800 meter atau satu pelat baja 5mm pada jarak 1000 meter.

Sebelum digunakan oleh Rusia, Silent Hunter telah dioperasikan oleh beberapa negara lain. Arab Saudi, misalnya, menggunakan sistem ini untuk melindungi infrastruktur penting dari serangan drone Houthi. Pada tahun 2022, Silent Hunter berhasil menembak jatuh 13 drone selama serangan oleh pasukan Houthi, menunjukkan efektivitasnya dalam kondisi pertempuran nyata.

Baca Juga :  Houthi Tembak Jatuh F-18 AS, Serang Kapal Induk dan Kota Israel

Iran juga dilaporkan telah mengerahkan sistem Silent Hunter untuk melindungi target bernilai tinggi dari ancaman udara, menandakan peningkatan kerja sama militer antara China dan Iran.

Penggunaan Silent Hunter oleh Rusia menunjukkan peningkatan kerja sama militer antara Rusia dan China, serta adopsi teknologi senjata canggih oleh Rusia untuk menghadapi ancaman drone di medan perang. Hal ini juga menandakan pergeseran dalam strategi pertahanan udara, dengan fokus pada senjata energi terarah yang menawarkan solusi efisien dan hemat biaya dibandingkan sistem pertahanan konvensional.

Namun, adopsi teknologi militer China oleh Rusia dapat menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat, terutama terkait proliferasi senjata canggih dan potensi eskalasi konflik. Penggunaan Silent Hunter oleh Rusia mungkin akan memicu respons dari negara-negara NATO dan sekutu lainnya dalam bentuk peningkatan pengawasan dan pengembangan teknologi pertahanan serupa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *