Jurnalekbis.com – Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengungkapkan lonjakan signifikan dalam impor senjata di Eropa selama periode 2020-2024. Data menunjukkan bahwa impor senjata Eropa meningkat sebesar 155% dibandingkan dengan periode lima tahun sebelumnya, menjadikan Eropa menyumbang 28% dari total impor senjata global, naik dari 11% sebelumnya.
Peningkatan drastis ini terutama dipicu oleh situasi geopolitik yang tidak stabil, khususnya invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Negara-negara Eropa meningkatkan pengeluaran militer mereka sebagai respons terhadap ancaman keamanan yang meningkat. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat juga mendorong negara-negara Eropa untuk memperkuat kemampuan pertahanan mereka sendiri.
Amerika Serikat mempertahankan posisinya sebagai pengekspor senjata terbesar di dunia, dengan pangsa pasar meningkat dari 35% menjadi 43% selama periode yang sama. Perusahaan-perusahaan AS memasok lebih dari setengah dari total impor senjata Eropa, dengan Inggris, Belanda, dan Norwegia sebagai pembeli utama.
Konflik yang berlangsung telah menjadikan Ukraina sebagai pengimpor senjata terbesar di dunia selama periode 2020-2024, menyumbang 8,8% dari total impor senjata global. Hampir setengah dari impor tersebut berasal dari Amerika Serikat, menunjukkan dukungan militer yang signifikan dari Washington.
Sementara itu, ekspor senjata Rusia mengalami penurunan drastis sebesar 64% antara periode 2015-2019 dan 2020-2024, menjadikannya pengekspor senjata terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Prancis.
Laporan SIPRI juga menyoroti ketergantungan negara-negara NATO di Eropa pada senjata buatan AS. Selama periode 2020-2024, lebih dari 60% impor senjata negara-negara NATO di Eropa berasal dari Amerika Serikat, meningkat dari 52% pada periode sebelumnya.
Meskipun ketergantungan pada senjata AS meningkat, negara-negara Eropa berupaya memperkuat industri pertahanan domestik mereka. Inisiatif pendanaan pertahanan Uni Eropa, termasuk dana pinjaman €150 miliar, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan militer dan mengurangi ketergantungan pada pemasok non-Eropa.
Di sisi lain, impor senjata di Asia dan Oseania menurun sebesar 21%, sebagian besar karena peningkatan produksi senjata domestik di China. Secara keseluruhan, transfer senjata global tetap relatif stabil selama periode yang dicakup.
Lonjakan impor senjata di Eropa mencerminkan respons terhadap ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama konflik Rusia-Ukraina. Dominasi Amerika Serikat sebagai pengekspor senjata terbesar dunia terus berlanjut, sementara negara-negara Eropa berupaya menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan pengembangan industri pertahanan domestik mereka.